Inibaru.id – Ribuan pengguna akun TikTok meramaikan tren “The Winner Takes It All” semenjak pengumuman seleksi penerimaan mahasiswa di kampus negeri SNBT dirilis pada Rabu (28/5/2025). Meski nama tren tersebut terkesan positif, realitanya, tren ini justru menceritakan kisah sedih bagi mereka yang memutuskan untuk mengubur mimpinya kuliah di perguruan tinggi negeri.
Buat kamu yang nggak tahu, tren ini diungkap anak-anak muda pengguna TikTok yang menceritakan tentang nasib mereka yang memutuskan untuk gap year (istilah untuk menunda masuk kuliah), atau mencari kerja saja.
Kebanyakan sudah memutuskannya bahkan jauh sebelum lulus SMK dan SMA. Tapi, banyak pula yang mengambil keputusan ini justru usai lolos SNBT namun sadar nggak akan bisa membayar UKT dan biaya-biaya kuliah di Indonesia yang memang semakin mahal bagi kalangan kelas menengah ke bawah. Mereka pun memutuskan untuk mengundurkan diri.
Salah satu dari anak-anak muda yang memutuskan untuk gap year tersebut adalah Putra Ramadhan, warga Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lulus dari salah satu sekolah populer di Kecamatan Bawen, dia mengaku sudah mengambil keputusan ini sejak awal tahun. Kondisi keuangan di keluarganya bikin dia merasa ‘tahu diri’ dan memilih untuk menabung dulu.
“Dari tren di TikTok itu, jadi tahu kalau ternyata yang senasib dengan saya ada banyak. Saya milih untuk kasih kesempatan orang tua bisa masukin adik ke SMA dulu. Tahun depan mungkin giliran saya. Sekarang juga mau kerja di tempat magang kemarin sambil ngumpulin uang, buat ngeringanin biaya kuliah juga nantinya,” ucap laki-laki yang sebenarnya pengin menjadi programmer tersebut pada Senin (2/6/2025).

Putra sendiri masih merasa beruntung karena orang tuanya hanya memintanya sabar menunggu giliran, bukannya benar-benar menutup impiannya masuk kuliah.
“Nggak cuma di tren ‘The Winner Takes It All’, teman sekelas saya pas SMK juga banyak yang bilang orang tuanya mengaku nggak mampu nguliahin dan minta mereka kuliah sambil kerja nantinya. Jadi, sepertinya ini masalah terjadi di mana-mana di seluruh Indonesia,” lanjutnya.
Putra nggak menampik ada sejumlah beasiswa yang bisa dicari bagi mereka yang tetap berjuang untuk kuliah meski dari kalangan keluarga miskin. Tapi, karena jumlah penerima beasiswa juga terbatas, ditambah banyak persyaratan yang belum tentu bisa dengan mudah dipenuhi, pada akhirnya dia dan banyak temannya memutuskan untuk menahan diri.
Tren “The Winner Takes It All” ini pun semakin membuktikan kalau pendidikan tinggi bukan hal yang mudah digapai masyaraat Indonesia. Pasalnya, menurut informasi yang diungkap Badan Pusat Statistik pada Selasa (4/3/2025) lalu, terungkap bahwa hanya 10,20 persen penduduk di atas 15 tahun di Indonesia yang menyelesaikan pendidikan di level perguruan tinggi.
Sebagian besar hanya mampu menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA (30,85 persen). Sisanya, hanya memiliki ijazah SMP (22,79 persen), dan SD (24.72 persen).
Kita tunggu langkah pemerintah dalam mengatasi sulitnya kalangan menengah ke bawah untuk menggapai pendidikan di level perguruan tinggi. Semoga saja, nggak ada lagi tren “The Winner Takes It All” di kemudian hari. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)