Inibaru.id – Kesenian tradisional bukan hanya warisan budaya, tetapi juga penggerak ekonomi lokal. Hal inilah yang ditegaskan Ketua DPRD Jawa Tengah Sumanto saat menghadiri Pentas Kesenian Budaya Lokal Barisan Hokya di Desa Bejiarum, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Sabtu (19/4/2025).
Menurut Sumanto, kelompok kesenian seperti Barisan Hokya memiliki peran ganda yang sangat penting. Selain melestarikan budaya tradisional, mereka juga turut meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Ini menjadi contoh meningkatnya perekonomian searah dengan budaya lokal. Dengan adanya pentas ini, banyak pelaku UMKM ikut terangkat," katanya.
Setiap pentas seni yang digelar nggak hanya menyuguhkan hiburan, tetapi juga membuka peluang bagi para pelaku UMKM untuk berjualan dan mendapatkan penghasilan tambahan.
Kesenian Tradisional Harus Dijaga

Dia menambahkan, di era globalisasi saat budaya asing mudah masuk, kesenian tradisional harus tetap dijaga agar jati diri bangsa nggak luntur. Menurutnya, Indonesia bisa belajar dari negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan yang tetap kuat memegang budaya mereka meski teknologinya berkembang pesat.
"Baik dari pusat, provinsi, dan kabupaten-kota harus bahu-membahu. Jangan sampai kita kehilangan jati diri bangsa. Kesenian tradisional tetap harus lestari," katanya.
Baginya, budaya bukan sekadar tontonan, tapi juga tuntunan. Kita perlu menjadikan budaya lokal sebagai kekuatan ekonomi kreatif, seperti yang sudah dilakukan Jepang dan Korea.
Pentas seni yang berlangsung dari siang hingga malam itu menampilkan beragam kesenian tradisional yang cukup familiar bagi masyarakat Wonosobo, di antaranya, Tari Topeng Lengger, Ndolalak, Jaranan, Gambus, hingga Imblig.
Berasal dari Berbagai Desa
Kelompok-kelompok penampil yang tergabung dalam Barisan Hokya ini berasal dari berbagai desa di Wonosobo. Sedikit informasi, Barisan Hokya merupakan komunitas yang beranggotakan sekitar 250 kelompok seni tradisional yang dimotori anggota Fraksi PDIP DPRD Jateng Muhammad Isnaeni.
Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat, mengapresiasi semangat para pelaku seni yang terus menjaga tradisi di tengah arus modernisasi. Dia menyebut kelompok seni ini tersebar di seluruh desa dan menjadi aset budaya sekaligus ekonomi yang sangat berharga bagi daerah.
Sementara, Ketua Fraksi PDIP DPRD Jateng Abang Baginda Muhammad Mahfudz Hasibuan menekankan bahwa seni budaya harus diberdayakan nggak hanya sebagai warisan, tapi juga sebagai alat pemberdayaan ekonomi. Dia menyebut seni budaya kini masuk dalam ranah ekonomi kreatif yang ke depannya akan dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif sesuai rencana pembentukan struktur baru.
“Saat ini Pemprov Jateng tengah menyusun Perda soal SOTK. Kebudayaan yang sebelumnya masuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan akan bergeser menjadi Dinas Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif. Seni budaya tidak sekadar warisan yang perlu di-uri-uri, tapi juga menjadi media untuk mengentaskan kemiskinan,” akunya.
Dengan sinergi antara pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi kreatif, Wonosobo membuktikan bahwa menjaga akar tradisi dapat menjadi jalan menuju kemandirian ekonomi masyarakat. Sudah benar jika pemerintah turut andil dalam pelestarian buaya lokal. Sepakat, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)