Apitan, Tradisi Unik Warga Desa Guci Grobogan

Kaum pria Desa Guci berbondong-bondong menuju tempat diselenggarakannya tradisi Apitan. Nggak lupa mereka membawa nasi ingkung yang dibungkus daun pisang.
Inibaru.id - Di Desa Guci, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobokan ada tradisi Apitan. Tradisi Apitan ini digelar rutin setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur warga atas hasil pertanian yang melimpah, Millens. Biasanya tradisi ini diadakan di jalan perkampungan setempat. Saat acara berlangsung, ratusan warga bakal berkumpul dan bersantap bersama.
Disebut tradisi Apitan karena dilaksanakan pada Bulan Apit (Jawa) atau Dzulqo'dah dalam penanggalan hijriah. Dilansir dari tribunnews.com, (10/8/2018), tradisi Apitan di tahun ini belum lama digelar, tepatnya pada hari Senin, (6/8/2018) lalu.
Ingkung Menjadi Menu Utama
Hidangan utama dari tradisi Apitan adalah ayam kampung yang dimasak utuh dengan bumbu, atau disebut ingkung. Selain ingkung dan nasi, ada juga oseng tempe, mie goreng, tempe, dan tahu.
Ingkung, ayam kampung yang dimasak utuh dengan bumbu opor. (Jalanjogja.com)
Nggak tanggung-tanggung, Millens. Nasi ingkung yang dibungkus daun pisang ini nggak kurang dari 500 bungkus, lo. Wah! Semuanya swadaya masyarakat.
Eh tapi kamu tahu nggak kenapa harus ingkung? Kata Biyono, tokoh masyarakat Desa Guci yang ditulis Kompas.com, Selasa (7/8/2018), ingkung merupakan satu umbo rampe yang menjadi simbol penyucian orang yang berhajat maupun tamu yang hadir di acara hajatan. Ingkung berasal dari bahasa Jawa, yaitu "ing" atau "ingsung" yang punya arti aku, dan kata "manekung" yang bermakna berdoa dengan hikmad.
“Ingkung ini ibarat bayi yang belum dilahirkan. Dengan demikian belum punya kesalahan apa-apa, atau masih suci. Selain itu, ingkung juga punya makna sebagai sikap pasrah dan menyerah atas kekuasaan sang Khalik,” lanjut Biyono.
Wah, jadi tahu kan makna filosofis ingkung yang selalu ada di tradisi Apitan dan acara-acara hajatan lainnya. (MG10/E05)