Sebuah Warita tentang Wayang Beber

Walau kalah pamor dengan wayang kulit, wayang beber patut untuk diketahui. Yuk, kenali wayang beber lebih dalam!
Inibaru.id – Menyoal wayang, sebagian besar orang biasanya bakal merujuk pada wayang kulit. Padahal, Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity asli Indonesia versi UNESCO itu nggak cuma wayang kulit, tapi juga ada Wayang Beber.
Hm, mungkin kamu juga nggak tahu tentang wayang satu ini! Namun, siapapun tentu mafhum, karena pertunjukan wayang yang termasuk tua tersebut sudah mulai susah ditemukan. Bahkan, laman resmi Kemendikbud menyebut wayang ini sudah hampir punah.

Dalam bahasa Jawa, beber berarti kisah. Wayang beber adalah kisah yang kemudian dikisahkan kembali kepada masyarakat. Disitat dari Indonesia.go, wayang ini mulai muncul pada 1223, bertepatan dengan keberadaan Kerajaan Jenggala. Kala itu, wayang beber digambar pada daun lontar atau siwalan.
Pada 1244, wayang beber baru digambar di atas kertas dari kayu (dluwang), dengan penambahan pelbagai ornamen. Tongkat kayu untuk memudahkan dalang menggulung atau membuka kertas kemudian ditambahkan pada 1316.
Beda dengan Wayang Kulit
Berbeda dengan wayang kulit yang mempertunjukkan satu per satu tokoh wayang, pergelaran wayang beber dilakukan dengan membentangkan gulungan cerita wayang. Dalang wayang beber akan membuka gulungan, menancapkan tongkat pada kayu penopang, lalu mulai bercerita.
Dalangakan menggunakan kayu kecil (tuding) untuk menunjuk tokoh yang diceritakan. Sembari berkisah, dia bakal diiringi gamelan sederhana yang terdiri atas rebab, kendang, ketuk, gong, dan kenong.

Bukan Mahabarata atau Ramayana
Berbeda dengan wayang kulit purwa yang mengulas tentang Mahabarata atau Ramayana, cerita yang dibawakan pada wayang beber, seperti wayang gedog, adalah cerita Panji.
Kisah Panji memiliki dua tokoh utama, yakni Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji. Wayang beber biasanya habis diceritakan dalam dua jam. Lebih singkat dari wayang kulit ya, Millens!
Meski sudah jarang ditemui, masih ada dua keluarga yang menyimpan wayang beber yang diyakini asli hingga kini. Mereka adalah Ki Karmanto Hadi Kusumo di Gunungkidul, Yogyakarta, dan Mbah Mardi di Pacitan, Jawa Timur. Kedua orang itu mewarisi wayang beber dari nenek moyang masing-masing.
Bakal sayang sekali kalau nanti wayang beber punah. Nah, biar nggak punah, yuk uri-uri wayang beber! (IB03/E03)