Inibaru.id - Geliat kebudayaan di Kota Semarang semakin hari semakin terasa. Beberapa agenda kebudayaan masyarakat masuk ke dalam agenda wisata Kota Semarang. Salah satunya Pentas Keroncong yang digelar pada Rabu (18/9) malam.
Sayangnya, nggak banyak menarik minat penonton. Hal ini terlihat dari banyaknya kursi kosong di aula Taman Budaya Raden Saleh yang menjadi panggung pentas grup keroncong Sinar Baru ini. Hanya seperempat dari total kursi yang diduduki. Beberapa pengunjung juga lebih memilih berdiri ketimbang mengisi kursi yang kosong. Bahkan buku tamu yang diletakkan di hanya diisi sekitar 50-an orang. Sedih ya?
Meski jauh dari kata ramai pengunjung, pentas keroncong malam itu tetap berlangsung meriah. Penonton pun nggak cuma duduk manis aja lo, Millens! Beberapa dari mereka diajak ke atas panggung untuk menyanyikan lagu.
Pentas keroncong ini membawakan lagu-lagu lawas. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)
Ketua HAMKRI Jawa Tengah Ajdi Muskha mengaku senang karena pentas keroncong semacam ini bisa digelar secara rutin. “Bertahun tahun rutin diselenggarakan berganti-gantian. Sebulan ada empat yang tampil,” kata laki-laki yang mengaku berumur lebih dari 70 tahun ini.
Menurut Adjie, grup keroncong yang ada di bawah naungan HAMKRI selalu manggung setiap minggunya di tempat yang berbeda-beda. Namun begitu, di malam itu dia merasa kurang banyak penonton yang datang ke TBRS. “Kurang banyak yang datang, pemudanya juga ndak banyak,” katanya menyayangkan.
Sekilas mata memandang, penonton pentas keroncong tersebut adalah masyarakat paruh baya hingga lansia. Ada belasan lagu lawas yang dimainkan bergantian oleh penyanyi dan penonton. Namun karena terlalu lawas, saya sampai nggak tahu lagu itu. He he. Mungkin hal ini juga yang bikin empat pemuda yang datang pun terlihat meninggalkan kursinya.
Meski sedikit penonton, pentas keroncong tetap meriah hingga akhir acara, lo! (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)
Meskipun begitu, Imam Subagyo, seorang penonton yang hadir dari awal acara terlihat menikmati pertunjukan dengan sangat asyik. Meski datang sendiri, dia menepuk-nepukkan tangan mengiringi alunan musik. “Yang penting penikmatnya duduk sampai akhir, perkara yang datang itu bukan hal yang penting,” katanya santai.
Meski pentas ini hanya dinikmati oleh kalangan masyarakat tertentu, namun hampir semua penonton nggak beranjak dari kursi hingga akhir acara lo. Adji berharap agar musik seni musik khas ini tetap hidup di tengah masyarakat dan semakin eksis.
Wah semuga genre musik yang satu ini bisa terus lestari seperti kata Pak Adji ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)