Inibaru.id – Klenting dan bumbung adalah dua alat musik tradisional yang digunakan dalam kesenian Pek Bung. Di telinga sebagian orang, kesenian ini mungkin asing terdengar. Eits, tapi jangan salah, meski nggak sepopuler kesenian musik angklung, bukan berarti nggak enak didengar, lo.
Nama “pek bung” berasal dari bunyi bambu “pek” dan bunyi “bung” dari tembikar yang diberi karet. Kesenian ini tumbuh subur di Yogyakarta dan kerap dimainkan di pelbagai acara seperti kenduren, suran, muludan, atau selikuran.
Supaya nggak tergerus modernitas zaman, para pegiat terus berupaya melakukan regenerasi dengan mengajarkan kesenian ini pada anak muda. Salah satu seniman pek bung yang cukup terkenal adalah Sawal Margo Karyono, seorang warga Gedongsari.
Para seniman pek bung dalam sebuah pementasan. (Antara)
Selain klenting dan bumbung, pek bung menggunakan kentongan, seruling, dan besi berbentuk garpu tala. Alat-alat tersebut menghasilkan bunyi yang khas. "Jenang Gula" dan "Angin Mamiri" adalah contoh lagu-lagu yang biasa dimainkan menggunakan alat-alat ini.
Semoga pek bung semakin diminati anak muda Yogyakarta ya, Millens! Eh, nggak hanya di Yogyakarta, kamu pun sebaiknya turut pula melestarikan kesenian di daerahmu. Jangan sampai kesenian bangsa Indonesia punah atau diklaim bangsa lain karena kamu malas melestarikannya. Jadi, yuk, ikut aktif berbudaya! (IB10/E03)