Dilaksanakan Secara Daring, Theosofi Indonesia Gelar Kongres ke-57

Perhimpunan Theosofi Indonesia (Perwathin) melaksanakan kongres ke-57. Meskipun dilakukan secara daring, namun para anggota yang tersebar dari seluruh pelosok negeri antusias. Bahkan tamu dari negara lain pun ikut hadir.
Inibaru.id - Perhimpunan Teosofi Indonesia (Perwathin) melaksanakan kongres yang ke-57. Acara yang berlangsung selama tiga hari dari Sabtu-Minggu (15-17/8/2020) tersebut digelar secara daring. Kendati demikian, para anggota yang tersebar di seluruh negeri saling berpartisipasi.
Pada kongres kali ini, Perwathin mengangkat tema dengan tajuk “Peran Theosofi Indonesia Menuju Tatanan Global”. Tema itu dijelaskan secara rinci oleh Sekretaris Perwathin Theresia Yohana Ina, yakni dibahas guna menyongsong transisi dunia menuju kesadaran global .
“Kesadaran yang kami yakini adalah suasana yang lebih baik. Dunia yang lebih spiritual dan damai bagi seluruh kehidupan,” ujarnya pada Minggu (16/8/2020).

Yohana bercerita, memang selama pandemi ini, kegiatan Theosofi dilakukan secara daring termasuk sampai kongres yang sedang dilaksanakan. Dari itu dia juga kadang mengeluhkan kalau dikarenakan para anggota yang usianya sudah memasuki usia senja, maka dia sempat kesulitan untuk memberi pengarahan.
Namun itu semua kesulitan itu bukanlah suatu hambatan besar. Jalinan persaudaraan dan pengkajian materi jauh lebih penting.
“Oleh karena itu pada kongres ini kami berharap untuk selalu mempererat kekeluargaan dan perhimpunan,” ungkapnya.

Selama berlangsung, kongres Theosofi ini terdiri atas berbagai rangkaian acara. Dimulai dengan pembukaan, rapat tahunan hingga penyampaian materi-materi yang berisi topik seperti menyibak penciptaan lewat teori String dan Matematika kemudian juga tentang kematian dan tahapan-tahapannya bedasarkan pemahaman dari Madam Blavastky. Kemudian, ada juga pembacaan puisi kemerdekaan untuk memperingati HUT ke-75 Republik Indonesia.
Semua anggota Theosofi dari berbagai daerah ikut, mulai dari Medan, Jakarta, Bogor, Pekalongan, Salatiga, Solo, Jogja, Surabaya, Malang, Semarang, Blitar, dan Bandung. Kemudian nggak hanya itu, perwakilan dari negera lain juga ikut memberi sambutan termasuk Presiden Theosofi Internasional, Tim Boyd.

Dalam kesempatan itu pula Tim Boyd menyanjung tema bagaimana peran Theosofi dalam tatanan global. Menurut Boyd, seberapa dalam pemahaman akan Theosofi akan menentukan bagaimana para anggota berinteraksi dengan dunia.
“Yang pasti adalah pentingnya praktek. Meski tampak simpel, namun jika nggak dilakukan apa guna. Dan hal itu harus dilakukan di setiap lapisan kediupan,” jelasnya.
Semoga dengan kongres ini Theosofi Indonesia semakin jaya ya, Millens. (Audrian F/E03)