“Modus mereka adalah membeli produk makanan dan minuman
kemasan yang sebagian besar sudah kedaluwarsa. Lalu, tulisan kedaluwarsa ini
dihapus atau diubah sehingga produk yang mereka jual kembali seolah-olah masih
belum kedaluwarsa,” terang Kapolres Batang AKBP Saufi Salamun sebagaimana
dikutip dari Detik, Rabu (13/9/2023).

Sayangnya, produk-produk makanan dan minuman kemasan yang
sudah nggak layak dikonsumsi ini sudah terlanjur dijual di berbagai wilayah
dalam dua setengah tahun belakangan. Menurut keterangan para pelaku, mereka
menjualnya ke pedagang-pedagang di Yogyakarta, Malang, Cilacap, Brebes, serta
Bandung.

Lantas, dari mana ya para pelaku mampu mendapatkan makanan
dan minuman kedaluwarsa? Ternyata mereka mendapatkannya dari pabrik yang ada di
Jawa Timur.

“Kami beli di Jawa Timur karena lebih murah. Produknya
sebenarnya kan dari pabrik ke depo, depo yang punya DO. Nah dari DO ini baru
kita beli per kiloan,” terang salah seorang tersangka yang berperan sebagai
pemodal, AS.

Mereka membeli produk makanan dan minuman itu dengan harga
Rp5 ribu-Rp10 ribu per kilogram. Setelah itu, produk-produk tersebut dipilah.
Jika masih terlihat baik dan nggak mencurigakan, akan diganti tanggal expired-nya. Kala sudah terlihat rusak
dan nggak layak dijual, akan dibuang.

Setelah itu, mereka menjual makanan dan minuman tersebut per
piece, bukannya per kilogram lagi. Dari penjualan inilah, mereka mampu mendapatkan
keuntungan besar.

Karena aksinya membahayakan masyarakat, ketiga tersangka terancam hukuman paling banyak 5 tahun penjara serta
denda sebesar Rp2 miliar. 

Mengingat produk makanan dan minuman kedaluwarsa ini sudah
ada di pasaran, kalau kamu menemukan produk yang memiliki aroma, rasa, atau
bentuk mencurigakan, sebaiknya jangan dikonsumsi ya, Millens. Daripada nantinya jatuh sakit. (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Kamu
yang sering membeli makanan dan minuman kemasan kini harus benar-benar cermat, Millens. Soalnya, di pasaran ada
orang-orang yang memanfaatkan sikap kurang teliti kita ini, lo. Mereka menjual kembali bahan makanan yang sudah nggak layak konsumsi.

Dari tindakan curang tersebut, sebanyak tiga orang ditangkap di Batang, Jawa Tengah. Menurut keterangan polisi, tiga tersangka yaitu AS (39) dan
TS (34) dari Banyumas, Jawa Tengah serta MS (39) dari Sidoarjo, Jawa Timur
ditangkap setelah warga melaporkan aktivitas mencurigakan di rumah yang mereka
kontrak di Desa Kebumen, Kecamatan Tersono, Batang.

Tiga orang di Batang ditangkap karena mengubah tanggal expired produk makanan dan minuman kedaluwarsa untuk dijual kembali. Setiap membeli makanan atau minuman kemasan, cek dulu kondisinya, ya!

Waspada! Makanan dan Minuman Kedaluwarsa Beredar di Pasaran

Ketidakpastian adalah bagian alami dari kehidupan, dan belajar untuk menerima kenyataan ini adalah langkah penting menuju kesejahteraan mental dan emosional yang lebih besar.

Alam semesta ini sangat rumit, dan banyak faktor yang berperan dalam setiap kejadian atau situasi. Seringkali, kita hanya memiliki kendali atas sebagian kecil dari faktor-faktor ini. 

Usaha terbaik kita untuk merencanakan dan mengendalikan sesuatu nghak selalu dapat memprediksi hasil yang akhirnya akan terjadi.

Salah satu hal yang dapat kamu kendalikan adalah reaksimu terhadap ketidakpastian. Kamu memiliki kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan perasaan kamu terhadap situasi yang nggak dapat kamu kendalikan. 

Dengan melatih keterampilan ini, kamu dapat mengurangi stres dan kecemasan yang mungkin timbul ketika menghadapi ketidakpastian.

Meskipun ngga semua hal dapat dikendalikan, bukan berarti kamu harus menjadi pasif dalam hidupmu. Kamu masih memiliki kemampuan untuk membuat keputusan, merencanakan, dan bertindak. 

Keseimbangan antara menerima ketidakpastian dan berusaha untuk mencapai tujuan adalah kunci. Cobalah untuk merencanakan dengan bijak, tetapi juga siap untuk beradaptasi ketika hal-hal nggak berjalan sesuai rencana.

Ketidakpastian seringkali menjadi guru terbaik. Saat kamu menghadapi situasi yang nggak dapat kamu kendalikan, cobalah untuk melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Apa yang dapat kamu pelajari dari pengalaman ini? Bagaimana kamu dapat menjadi lebih kuat atau lebih bijaksana sebagai hasilnya?

Ketidakpastian juga dapat menciptakan ruang untuk kreativitas dan inovasi. Saat kamu menghadapi tantangan yang nggak terduga, kamu mungkin menemukan solusi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. 

Oleh karena itu, jangan takut untuk menjelajahi ketidakpastian dengan pikiran yang terbuka.

6. Menemukan Ketenangan dalam Ketidakpastian

Akhirnya, belajar menerima ketidakpastian juga berarti menemukan ketenangan dalam dirimu sendiri. Ini melibatkan praktik mindfulness, meditasi, atau cara lain untuk menciptakan ruang bagi ketenangan dalam pikiranmu. Dengan demikian, kamu dapat menjalani hidup dengan lebih damai, meskipun nggak semua hal bisa kamu kendalikan.

Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, belajar untuk menerima kenyataan bahwa nggak semua hal bisa dikendalikan adalah langkah yang bijak. 

Ini memungkinkan kamu untuk menjalani hidup dengan lebih bijaksana, lebih tenang, dan lebih siap menghadapi apa pun yang datang. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Kamu mungkin kerap dapat pujian sebagai perencana ulung. Nggak pernah meleset ketika menyusun kegiatan atau rencana. Kamu seperti punya kekuatan magis untuk mengendalikan keadaan.

Memang dalam hidup ini, seringkali kita memiliki dorongan untuk mengendalikan segala sesuatu di sekitar kita. 

Namun, sebuah pelajaran penting yang perlu dipahami adalah bahwa nggak semua hal bisa dikendalikan. 

Dalam hidup, kamu perlu&nbsp; memahami bahwa nggak semua hal bisa dikendalikan.

Nggak Semua Hal Bisa Dikendalikan, Mari Belajar Menerima Ketidakpastian

Selain itu, komite yang bertugas menyeleksi film Tanah Air pada ajang Piala Oscar untuk kategori International Feature Film tersebut juga beranggotakan&nbsp;Sha Ine Febriyanti, Ilham Bintang Alim Studio, Cesa David, Nur Hidayat, dan Ratna Riantirno.

Untuk ajang mendatang, komite itu menyeleksi setidaknya 100 film dalam negeri yang
diproduksi selama Desember 2022 hingga Oktober 2023. Hasilnya, Autobiography&nbsp;didaku sebagai
yang terbaik dan paling layak mewakili Indonesia.

Film Autobiography
mendapatkan perhatian para sinefil di negeri ini setelah mendapatkan apresiasi positif kala ditayangkan di Festival
Film Venesia 2022 (Italia) dan diganjar penghargaan FIPRESCI Prize (Orizzonti
and Parallel Section). Selanjutnya, berbagai penghargaan pun menghampiri mereka.

Film yang dibintangi Kevin Ardilova itu memenangi
International Feature Award (Best Feature) pada Festival Film Adelaide
(Australia) 2022, Grand Prize (Best Film) di Tokyo Filmex 2022 (Jepang), Best
Screenplay dalam Asia Pacific Screen Awards 2022 (Australia), dan NETPAC Award (Best
Asian Film) pada Golden Horse Film Festival and Awards 2022 (Taiwan).

Untuk Indonesia, gelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival pada 29 November 2022 menjadi penayangan perdana Autobiography&nbsp;sebelum akhirnya resmi diputar di bioskop Tanah Air pada&nbsp;19 Januari lalu. Sejak saat itulah film yang mengambil lokasi syuting di Bojonegoro, Jawa Timur ini menjadi buah bibir di Indonesia.

Nggak hanya dari segi cerita, film yang juga dibitangi oleh Arswendy Bening Swara, Yusuf Mahardika, dan Lukman Sardi itu juga "menyenangkan" untuk ditonton berkat pengambilan gambar yang ciamik, latar tempat yang dramatis, pendalaman karakter yang kuat, dan banyak lainnya.

Menilik begitu kuatnya&nbsp;Autobiography, banyak orang nggak menyangka film tersebut menjadi debut Makbul Mubarak dalam penyutradaraan film panjang. Namun, hampir seluruh kritikus film sepakat, lelaki 33 tahun itu berhasil mengemas isu yang&nbsp;relate banget sama sejarah bangsa ini menjadi begitu sarat makna.

Film&nbsp;Autobiography&nbsp;menceritakan Rakib (Kevin Ardilova), penjaga rumah seorang pensiunan pejabat militer bernama Purna (Arswendy Bening Swara). Purna yang berniat mencalonkan diri
sebagai bupati di kampung halamannya pun pulang, lalu meminta Rakib menemaninya berkampanye.

Menonton film ini, kamu bakal merasakan ketegangan yang mengingatkan banyak orang pada masa Orde Baru. Itulah yang menarik. Di Rotten Tomatoes, film ini meraih rating 89 persen. Sementara, IMDb mengganjar film ini 7,4/10.

Pans Kotzathanasis dari&nbsp;Asian Movie Pulse&nbsp;bahkan menyebutkan bahwa Autobiography adalah
debut hebat dari Mubarak. Pengambilan gambarnya pun bagus dan kaya. "Salah satu yang terbaik tahun ini!” tulisnya.

Melihat berbagai apresiasi yang diberikan untuk Autobiography, semoga film ini bisa melaju cukup jauh pada ajang perfilman tertinggi dunia yang juga acap disebut sebagai Academy Awards tersebut, ya, Millens? (Arie Widodo/E03)

Inibaru.id – Komite
Seleksi (Komsel) Oscar Indonesia memutuskan untuk menunjuk Autobiography sebagai wakil Indonesia di Oscar 2024. Keputusan tersebut dianggap tepat karena film besutan Makbul Mubarak itu sejauh ini telah menyabet berbagai penghargaan dan kritik positif.

Oya, Komsel Oscar Indonesia dibentuk oleh Persatuan Film Indonesia (PFI).&nbsp;Anggota komisi yang diawasi langsung oleh Academy Awards ini berisikan para legenda di dunia perfilman seperti&nbsp;Slamet Rahardjo, Garin Nugroho, dan Deddy Mizwar.

Setelah menyeleksi sekitar seratus film, Komite Seleksi Oscar Indonesia akhirnya memutuskan bahwa film 'Autobiography' jadi wakil Indonesia di Oscar 2024. Apa yang membuat film besutan Makbul Mubarak ini dipilih?

Film 'Autobiography' Jadi Wakil Indonesia di Oscar 2024

“Dulu, Kampung Polowijan memang jadi tempatnya pada Abdi
Dalem Polowijan yang punya tubuh kerdil, albino, bongkok, pincang, atau
memiliki keistimewaan fisik lainnya,” ungkap Lurah Patehan Gunawan sebagaimana
dikutip dari Detik, Rabu (6/9/2023).

Peran utama Abdi Dalem Polowijan adalah untuk selalu hadir
dan mendampingi Sultan saat ada momen-momen istimewa seperti acara penobatan raja
(jumeneng) atau grebeg. Para abdi dalem ini akan berjalan di
belakang putra mahkota saat grebeg. Selain itu, mereka juga punya peran lain
yaitu sebagai penasehat, penghibur, atau pelawak keraton.

Ciri khas dari abdi dalem yang dikenal dengan sebutan lain
Cebolan Abdi Dalem adalah busananya berupa kain merah dengan motif bunga serta
sabuk besar, bertelanjang dada, nggak memakai penutup kepala, dan mengenakan
hiasan rambut yang terbuat dari bunga atau bulu.

Keberadaan mereka seringkali dikaitkan dengan para Punakawan
alias Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong yang memang digambarkan punya bentuk
fisik yang nggak biasa. Meski begitu, apa yang dikatakan para Punakawan itu
selalu didengar oleh Sultan dalam mengambil keputusn-keputusan penting.

Meski memiliki peran yang cukup penting dalam tradisi keraton, nyatanya status Abdi
Dalem Polowijan dilebur menjadi Abdi Dalem Punakawan yang berarti para abdi dalem dari
masyarakat umum dan Abdi Dalem Keprajan yang berstatus anggota TNI, Polri, atau
PNS. Perubahan ini terjadi saat Sri Sultan Hamengku Buwono IX memerintah
(1940-1988).

Nggak hanya keberadaan status Abdi Dalem Polowijan yang kini
sudah hilang, Kampung Polowijan yang dulu menjadi bukti bahwa Sultan memberikan
kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk bisa mengabdi kepada kerajaan
juga mengalami perubahan.

Di sana, kamu nggak
akan lagi mudah menemukan penyandang disabilitas. Banyak yang tinggal di sana
kini adalah warga biasa. Bahkan, kini kampung tersebut berubah menjadi pasar
dan dipenuhi tempat makan.

“Polowijan statusnya sudah nggak lagi kampung. Bahkan rumah
milik warga asli Polowijan kini disewakan menjadi kios atau tempat usaha lain ke orang
dari kampung lain,” ungkap Gunawan.

Meski begitu, keberadaan Kampung Polowijan membuktikan bahwa
penyandang disabilitas jika diperhatikan dan diberi kesempatan, juga bisa
berdaya dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Para
abdi dalem Keraton Yogyakarta biasanya tinggal di kampung-kampung yang nggak jauh dari bangunan keraton. Nah, nama-nama kampung
tersebut biasanya disesuaikan dengan keunikan atau keahlian yang dimiliki para
abdi dalem. Salah satunya adalah Kampung Polowijan, tempat di mana para abdi
dalem penyandang disabilitas tinggal.

Lokasi Kampung Polowijan bisa kamu temui di Kelurahan
Kadipaten, Kecamatan Keraton. Jaraknya hanya sekitar 800 meter di sisi barat
daya dari bangunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sebelum berubah jadi kampung biasa yang dipenuhi banyak tempat makan, Kampung Polowijan dulu dikenal sebagai tempat tinggal para abdi dalem penyandang disabilitas. Seperti apa ya kisah dari kampung ini?

Kampung Polowijan, Dulu Jadi Tempat Tinggal Abdi Dalem Penyandang Disabilitas

Untuk menanggulangi pelamar yang curang, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB) bakal menindak tegas Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang tertangkap curang. Terutama, ketika mereka kedapatan curang saat mengikuti tes CASN.

CPNS yang curang ketika tes bakal diblokir. Begitu keterangan dari Asisten Deputi Perancangan Jabatan, Perencanaan dan Pengadaan SDM Aparatur, Aba Subagja.

"Terkait sanksi bagi yang curang saat seleksi akan dikunci Nomor Induk Pegawainya di BKN. Sehingga kapan pun melamar sudah tidak bisa jadi ASN," kata Aba dalam Konferensi Pers Kesiapan Infrastruktur Teknologi Informasi Seleksi CASN di YouTube BKN, Kamis (14/9).

Lebih lanjut, Aba mengingatkan CASN nggak curang, sebab sanksi ini berlaku selamanya alias seumur hidup. 

"Saat itu NIP itu dikunci itu sama sekali tidak bisa melamar lagi," tegas dia.

Yang mengejutkan, sudah ada 370 orang yang sudah di-blacklist sehingga nggak bisa lagi mendaftar CASN selamanya. Mereka ketahuan berbuat curang saat seleksi CPNS.

"Tapi kalau ada permintaan blokir dibuka, BKN akan menunggu keputusan menteri PANRB," beber Deputi Bidang Sistem Informasi Kepegawaian BKN, Suharmen.

Nah lo, jangan sampai menggapai pekerjaan impian dengan cara curang ya!&nbsp;(Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id - Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) barangkali menjadi impian sebagian orang. Gaji besar, fasilitas keren, dan embel-embel sebagai abdi negara adalah beberapa daya tarik menjadi PNS.

Sayangnya untuk lolos menjadi PNS nggak mudah. Kamu harus bisa melewati serangkaian seleksi. Nggak jarang ada oknum yang menghalalkan segala cara demi bisa lolos seleksi.

Jika sudah di-blacklist, kamu nggak bisa mendaftar CPNS selamanya.

Curang saat Tes, CPNS Bisa Kena Blacklist Permanen

Inibaru.id - Menyambangi Pasar Kuliner Desa Wisata Lerep (DWL) seperti masuk ke lorong waktu. Lapak-lapak dari welit (bilah bambu), kostum ala masyarakat Jawa tempo dulu, alat pembayaran berupa koin kayu, dan menu kuliner tradisionalnya yang legit ibarat mesin waktu yang berhasil membawa saya ke masa lalu. &nbsp;
Kendati ngggak sepopuler pasar tematik macam Pasar Papringan di Temanggung, pasar kuliner di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, ini nggak salah seru, lo. Seperti namanya, pasar yang digelar saban Minggu Pon itu menawarkan pelbagai penganan "langka" yang mungkin nggak kamu temukan dalam keseharian.
Kamu yang tinggal di Semarang dan sekitarnya tentu harus menyambangi pasar yang baru buka April 2019 lalu tersebut. Di sana, kamu bisa mencicipi berbagai menu kuliner khas Desa Lerep seperti Nasi Iriban, Bubur Suwek, Lodhek, Kopi Klotok, dan Dawet Nganten. Nggak hanya unik namanya, rasanya pun enak.
Selain itu, kamu juga bisa mencicipi penganan zadul dari berbagai daerah, mulai dari Gethuk Ndeler, Kemplang, Nasi Awot-awot, Sego Megono, hingga Serabi Caonan yang mungkin asing di telingamu.
<img src="/nuploads/106/Pasar%20Desa%20Wisata%20Lerep_Lala3.jpg" alt="" width="1440" height="800" />
<code>Koin kayu jati sebagai alat tukar di Pasar Kuliner DWL. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)</code>
<h2>Suasana Pedesaan Masa Lalu </h2>
Nggak jauh berbeda dengan pasar tematik yang belakangan marak di sejumlah wilayah di Tanah Air, Pasar Kuliner DWL juga menawarkan suasana pedesaan pada masa lalu. Menyambangi tempat ini, saya seperti sedang syuting film kolosal macam Wiro Sableng atau Pendekar Tongkat Emas. Ha-ha.
Untuk membayar makanan, saya harus menggunakan koin khusus dari potongan kayu jati. Alat tukar khusus ini bisa saya dapatkan di kasir.
Semua penjual yang ada di pasar ini juga berpakaian tradisional. Ada yang mengenakan atasan lurik cokelat atau hijau dengan bawahan batik. Ada pula yang menggunakan kebaya. Lengkap dengan iket batik atau topi caping bambu bagi para laki-laki, para penjual yang merupakan warga Desa Lerep itu luwes melayani pembeli.
Selain itu, lapak-lapak yang terbuat dari welit dan bambu beratap daun rumbia kering juga sungguh zadul, benar-benar membawa jauh ke zaman sebelum saya dilahirkan. Lapak-lapak itu berjajar rapi. Di depan tiap lapak terdapat tampah bambu bertuliskan jenis dagangan yang dijual.
<img src="/nuploads/106/Nasi%20Iriban_Lala%203.jpg" alt="" width="1440" height="800" />
<code>Penjual Nasi Iriban di Pasar Kuliner DWL. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)</code>
<h2>Anti-plastik</h2>
Selama pasar kuliner berlangsung, jangan harap kamu menemukan plastik di tempat ini, baik sebagai pembugkus atau tempat makanan dan minuman yang mereka jual. Pasar Kuliner DWL memang menerapkan konsep anti-plastik. Seluruh peralatan makan dan minum di sana nggak memakai plastik.
Sebagai gantinya, makanan yang kamu beli bakal dibungkus daun jati, daun pisang, daun aren, batok kelapa, anyaman bambu, dan mangkok atau piring dari kramik tanah liat. Sendoknya juga terbuat dari kayu, sedangkan gelasnya berbahan seng dan kaca.
Hasanudin, salah seorang perangkat desa di Lerep mengatakan, back to nature memang menjadi konsep yang ditonjolkan di pasar kuliner tersebut.
"Pakai bahan alam yang mudah kami dapat seperti dedaunan dan bambu yang tumbuh di kebun kami,&rdquo; tutur lelaki yang sedang berjaga di loket penukaran koin.
Selama pasar kuliner berlangsung, kamu juga bakal diiring klenengan musik gamelan yang bikin suasana tambah nyes dan syahdu. Duh, saat memejamkan mata, saya benar-benar merasa sedang berada di masa lampau, lalu ada derap kuda mendekat, lalu ada rombongan perampok, lalu saya diculik! Ha-ha.
<img src="/nuploads/106/Nasi%20Iriban_Lala%202.jpg" alt="" width="1440" height="800" />
<code>Potongan ayam bakar di Nasi Iriban. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)</code>
Meski menyambangi pasar tematik semacam ini bukanlah yang pertama bagi saya, Pasar Kuliner DWL tetap menawarkan rasa yang berbeda. Kamu yang pengin menikmati kuliner zadul yang unik nan enak di Semarang, silakan mampir ke sini ya! Ingat, tiap Minggu Pon! (Lala Nilawanti/E03)

Pasar Kuliner Desa Wisata Lerep jadi salah satu pasar tematik di Semarang. Kamu harus datang dan cobain jajanan tempo dulunya ya. Suasana zadulnya totalitas deh!

Berasa Syuting Wiro Sableng, Berburu Penganan Zadul di Pasar Kuliner Desa Wisata Lerep

Inibaru.id - Siang itu Semarang begitu terik. Saya yang bertolak dari Bergas, Kabupaten Semarang, menuju pusat kota akhirnya menyerah dan berencana ngadem&nbsp;dulu di Alun-alun Ungaran. Namun, saya lalu teringat pada tempat sejuk yang berada nggak jauh dari sana, yakni&nbsp; Curug Indrokilo.
Kunjungan saya ke curug yang berada di Dusun Indrokilo, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, ini bukanlah yang pertama. Saya mengenal lokawisata "perawan" itu saat KKN di dusun tersebut sekitar Januari lalu. Tempatnya sejuk, indah, dan bikin betah.
Lantaran belum dikelola baik, perjalanan menuju air terjun ini tidaklah mudah. Kamu perlu berjalan kaki sekitar 15 menit dengan kondisi jalan yang naik-turun. Sekadar saran, bawalah air minum, biar nggak kehausan seperti saya, karena sepanjang jalan, setahu saya nggak ada yang berjualan air minum.
Eits, tapi jalan yang terjal dan rasa dahaga nggak bakal terasa, kok! Kaki saya ringan melangkah di jalan yang sudah dicor, meski ada beberapa bagian yang masih berupa susunan batu. Perkebunan kopi dan aren, serta kebun heterogen warga, di sepanjang jalan bikin perjalanan saya santuy.
<h2>Sedikit Kecewa</h2>
Nggak lama, gemericik air terjun terdengar dari kejauhan, yang otomatis membuat saya mempercepat langkah. Sayang, curah air di Curug Indrokolo nggak cukup deras pada musim kemarau, jauh berbeda saat saya berkunjung pada Januari lalu. Saya sedikit kecewa, tapi, ya, sudahlah!
<img src="/nuploads/106/Curug%20Indrokilo_Lala.jpg" alt="" width="1200" height="800" />
<code>Curug Indrokilo tampak dekat. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)&nbsp;</code>
Air masih nggrojok dari ketinggian menuju perengan batu yang menghitam dan pada beberapa sisi ditumbuhi lumut hijau. Seperti kali pertama berkunjung ke sini, saya kembali meminum airnya yang dingin dan segar. Dari penuturan warga, air itu layak diminum lantaran berasal dari mata air di sekitar air terjun.
Oya, untuk masuk ke Curug Indrokilo, kamu nggak perlu membayar tiket masuk karena memang air terjun setinggi sekitar 10 meter itu belum dikelola secara profesional. Lagipula, belum banyak wisatawan yang menyambangi tempat ini, kecuali petualang seperti saya! Ha-ha.
Saya merasa beruntung mengenal curug itu. Sebagai penyuka ketenangan, tempat tersebut selalu berhasil membuat saya melarikan diri dari rutinitas di perkotaan yang lumayan padat. Suasana yang asri, juga sama sekali nggak ada sampah plastik berserakan, betul-betul membuat saya betah berlama-lama di Curug Indrokilo.
Nah, kamu yang pengin menepi sejenak dari hiruk-pikuk Kota Semarang, nggak ada salahnya menyambangi tempat ini. Namun, ingat, bawa minum, biar nggak kehausan kayak saya! Ha-ha. (Lala Nilawanti/E03)

Curug Indrokilo cocok untuk kamu yang sedang mencari suasana sejuk di tengah musim panas seperti sekarang ini. Kamu juga bisa menikmati asrinya Curug Indrokilo dengan tenang karena masih jarang orang yang datang ke curug tersebut.

Siang-Siang Daycation ke Curug Indrokilo, Menepi Sejenak dari Panasnya Semarang

Inibaru.id &ndash; Budaya dan tradisi Jawa masih tersimpan dengan rapi di kantong-kantong desa di Jawa Tengah. Bahkan, sejumlah desa menjadikan tradisi tersebut sebagai hiburan rakyat yang menarik cukup banyak pengunjung, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Tak hanya unsur kebudayaan yang kental, sejumlah desa yang kini dipromosikan sebagai desa wisata ini juga menyajikan suasana alam pedesaan yang masih asri lengkap dengan penduduknya yang ramah. Maka, nggak heran kalau desa-desa tersebut kini menjadi andalan pariwisata di Jateng. Mana saja?
Desa Wisata Budaya Tanon, Semarang
<img src="/media-files/nuploads/1/umum/Desa%20Menari%20Tanon.jpg" alt="https://www.inibaru.id/media-files/nuploads/1/umum/Desa%20Menari%20Tanon.jpg" width="682" height="480" />
<code>Menari bersama anak-anak di di Dewi Menari Tanon. (Antara/ Aditya Pradana Putra)</code>
Desa Wisata Budaya Tanon acap disebut Desa Menari. Sebelum dikenal sebagai desa wisata, Dusun Tanon adalah wilayah kumuh dan miskin. Namun, Trisno, seorang warga setempat, mengubahnya menjadi desa yang punya daya saing.
Kalau kamu datang ke Dusun Tanon, kamu bakal disuguhi berbagai pertunjukan tari tradisional seperti Tari Topeng Ayu, Kuda Debog, Kuda Kiprah, dan Warok Kreasi.
Desa Wisata Kandri, Semarang
<img class="shrinkToFit" src="/nuploads/1/umum/Nyadran%20Gunung%202.jpg" alt="https://www.inibaru.id/nuploads/1/umum/Nyadran%20Gunung%202.jpg" width="985" height="657" />
<code>Prosesi Kirab Nyadran Kali di Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang pada Kamis (14/2/2019) pagi. (Inibaru.id/ Annisa Dewi)</code>
Masih di Semarang, desa wisata yang satu ini berlokasi nggak jauh dari pusat kota Semarang. Penduduk&nbsp; Desa Kandri masih menjaga dengan baik alam dan budayanya. Mereka juga rajin menggelar agenda tahunan.
Setiap tahun, masyarakat Desa Kandri memiliki agenda seperti pertunjukan kesenian wayang kulit, wayang suket, jathilan, ketoprak, dan kesenian lesung. Selain itu, ada juga Kirab Sesaji Rewanda dan Kirab Nyadran Kali.
Desa Wisata Dieng Kulon, Banjarnegara
<img src="https://www.dowisata.com/wp-content/uploads/2017/08/Dieng-Culture-Festival-2017-1.jpg" alt="" />
<code>Ruwatan Rambut Gimbal di Desa Wisata Dieng Kulon. (Dowisata)</code>
Berada di Dataran tinggi Dieng, desa wisata ini dikenal lantaran setiap tahun menyelenggarakan Dieng Culture Festival yang diikuti dengan ritual Ruwatan Pemotongan Rambut Gimbal. Tak hanya itu, Dieng Kulon juga dikenal sebagai penghasil kentang.
Desa Wisata Candirejo, Magelang
<img src="https://i0.wp.com/warungwisata.com/wp-content/uploads/2018/03/Candirejo-flickr.com_.jpg?ssl=1" alt="" />
<code>Desa Wisata Candirejo. (Warungwisata)</code>
Suasana pedesaan khas Jawa tersedia semua di sini. Wisatawan menyebut desa yang berada sekitar tiga kilometer dari Candi Borobudur ini sebagai desa asli Jawa. Yap, ini karena segala unsur tentang pedesaan Jawa bisa kamu temukan di tempat tersebut.
Desa Wisata Budaya Lerep, Semarang
<img src="https://gpswisataindonesia.info/wp-content/uploads/2017/10/Sadranan.jpg" alt="" />
<code>Upacara Sadranan di Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. (Myimage)</code>
Desa Lerep memiliki beberapa adat yang menarik untuk diketahui. Masyarakatnya juga masih menjalankan beberapa tradisi yang tak kalah menarik untuk diikuti. Misalnya, kamu bisa mengikuti Kadeso atau kirab budaya yang merupakan wujud syukur atas berkah dan rezeki.
Selain itu, kamu juga bisa mengikuti Gejlok Lesung yang merupakan kebiasaan masyarakat setempat untuk menumbuk gabah kering.
Nah, gimana, banyak pilihan wisata di Jawa Tengah kan, Millens? Kalau kamu pengin menikmati suasana pedesaan di Jateng, datang saja ke sana! Selamat berlibur! (IB20/E03)

Wilayah yang masih asri yang dipadu dengan pemandangan menawan menjadikan Jawa Tengah sebagai tempat yang nyaman untuk dikunjungi wisatawan. Keindahan itu didukung masyarakat yang ramah, yang kini mendirikan desa-desa wisata. Mana saja yang menarik?

Ragam Desa Wisata di Jateng, Mulai Menari di Tanon hingga Ruwatan Rambut Gimbal di Dieng

Inibaru.id &ndash; Desa Lerep di Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, merupakan salah satu desa wisata favorit di Jawa Tengah. Desa ini memiliki alam yang memesona dengan pemandangan Gunung Ungaran. Di desa ini pula terdapat Dusun Indrokilo yang kerap menjadi tujuan para wisatawan mancanegara.
Di sana, para wisatawan bisa menjajal kehidupan sebagai orang desa dengan belajar memerah susu sapi hingga membuat gula aren. Selain itu, kalau kamu ke sini, kamu bisa mencicipi kopi tradisional dari Dusun Indrokilo.
Kamu yang pencinta kopi tentu saja harus mencicipi kopi ini. Rasanya nggak kalah nikmat dibandingkan kopi di kedai langgananmu.
<img src="https://myimage.id/wp-content/uploads/2017/06/Indrokilo-8.jpg" alt="https://myimage.id/wp-content/uploads/2017/06/Indrokilo-8.jpg" />
<code>Proses pembuatan gula aren di Dusun Indrokilo. (Myimage)</code>
Bicara soal keindahan alam, dusun ini juga memiliki lokawisata alam berupa Curug Indrokilo. Kejernihan air terjun di tempat tersebut terlalu sayang untuk dilewatkan, maka mampirlah!
Untuk sampai di curug ini, para wisatawan akan melewati jalanan yang landai dengan tanaman kopi di sepanjang sisinya.
Pada waktu-waktu tertentu, Dusun Indrokilo juga menggelar beberapa tradisi unik. Tradisi-tradisi itu yakni Iriban, Sadranan, Manten Jaran, dan permainan lesung.
Iriban adalah acara selamatan jelang musim tanam padi, sedangkan Sadranan merupakan acara syukuran menjelang musim bulan puasa. Sementara, Manten Jaran adalah tradisi mengarak pengantin dengan menggunakan kuda keliling kampung.
Tujuan dilakukannya tradisi ini adalah supaya kehidupan rumah tangga keduanya bertahan hingga tutup usia.
<img class="" src="https://myimage.id/wp-content/uploads/2017/06/Indrokilo-4.jpg" alt="https://myimage.id/wp-content/uploads/2017/06/Indrokilo-4.jpg" />
<code>Sunat Manten. (Myimage)</code>
Kesenian yang unik diperlihatkan lewat permainan lesung. Dalam kesenian ini, kamu diajak mendengarkan musik khas Dusun Indrokilo lewat lesung yang ditumbuk. Sayang, kesenian ini jarang ditampilkan kalau bukan untuk menyambut tamu agung.
Mengetahui keunikan Dusun Indrokilo bikin kamu pengin ke sana, kan? Kalau begitu, yuk liburan di dusun ini! (IB15/E03)

Di balik keindahan Kota Ungaran, tersembunyi satu desa cantik yang menarik untuk dikunjungi. Di Desa Wisata Lerep Ungaran, wisata yang menyenangkan bisa kamu lakukan di sana. Nggak hanya keindahan alamnya, budaya desa ini juga menarik untuk diamati dan dipelajari, lo.

Keindahan Alam dan Budaya di Desa Wisata Lerep Ungaran

Inibaru.id - Sebagai ibukota Jawa Tengah, Semarang tak bisa lepas dari modernitas. Gaya masyarakat urban yang supersibuk di tengah kemacetan dan kebisingan kota pun seolah melekat kuat di sini. Namun, sedikit menepi dari Kota Lunpia, masih ada sejumlah desa yang mempertahankan tradisi, bahkan kini bertransformasi menjadi desa wisata (dewi).
Dari sekian banyak dewi yang diluncurkan Pemerintah Kota Semarang maupun Pemerintah Kabupaten Semarang, sekurangnya ada tiga desa yang kudu kamu kunjungi kalau pas berada di Semarang. Apa saja?
Desa Wisata Kandri
<img class="shrinkToFit" src="/nuploads/1/umum/Nyadran%20Gunung%202.jpg" alt="https://www.inibaru.id/nuploads/1/umum/Nyadran%20Gunung%202.jpg" width="985" height="657" />
<code>Prosesi Kirab Nyadran Kali di Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang pada Kamis (14/2/2019) pagi. (Inibaru.id/ Annisa Dewi)</code>
Di Kota Semarang, bicara tentang desa wisata tak lengkap rasanya jika belum menyebut Desa Wisata Kandri. Bertempat di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, kamu bakal menikmati pelbagai atraksi budaya warga yang rutin digelar, lengkap dengan budaya keseharian yang cukup melekat kuat. 
(Baca Juga: <a href="/tradisinesia/panjatkan-syukur-desa-wisata-kandri-semarang-gelar-tradisi-nyadran-kali" target="_blank">Nyadran Kali dan Rasa Syukur Warga Desa Kandri Atas Air yang Melimpah Setiap Hari</a>)
Berpadu dengan alam dan sejumlah lokawisata yang menawan, Desa Kandri rutin menggelar pertunjukan kesenian wayang kulit, jatilan, ketoprak, dan kesenian lesung. Dua agenda rutin yang digelar di sana saban tahun di antaranya Kirab Sesaji Rewanda dan Nyadran Kali.
Desa Wisata Budaya Lerep
<img src="https://gpswisataindonesia.info/wp-content/uploads/2017/10/Sadranan.jpg" alt="" />
<code>Upacara Sadranan di Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. (Myimage)</code>
Jika Kota Semarang punya Kandri, Kabupaten Semarang memiliki Desa Wisata Budaya Lerep. Bertempat di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, dewi ini memiliki beberapa tradisi yang menarik untuk dikulik, di antaranya kirab budaya atau Kadeso yang digelar sebagai wujud syukur atas berkah dan rezeki.
Tradisi gejlok lesung atau menumbuk gabah kering juga masih dilakukan di sini. Kamu yang sudah nggak pernah mengenal cara memisahkan beras dari gabah ini mungkin perlu ke Lerep. Ya, biar kamu tahu betapa indahnya kehidupan di desa.
Desa Wisata Budaya Tanon
<img src="/media-files/nuploads/1/umum/Desa%20Menari%20Tanon.jpg" alt="https://www.inibaru.id/media-files/nuploads/1/umum/Desa%20Menari%20Tanon.jpg" width="682" height="480" />
<code>Menari bersama anak-anak di di Dewi Menari Tanon. (Antara/ Aditya Pradana Putra)</code>
Masyarakat setempat melabeli desa ini Dewi Menari. Yap, desa wisata ini memang mengandalkan kemampuan sebagian besar warganya yang piawai menari untuk menarik wisatawan. Desa Wisata Budaya Tanon namanya, berlokasi di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
(Baca Juga: <a href="/inspirasi-indonesia/berkenalan-dengan-kang-tris-sang-pembangkit-wisata-desa-menari-tanon-semarang" target="_blank">Pilih Pulang Kampung, Kang Tris Bangun Desa Wisata Menari Tanon Semarang</a>)
Sempat menjadi desa yang miskin dan kumuh, Trisno mengubah desa tersebut menjadi desa wisata yang cukup menarik bagi wisatawan. Di sana, kamu bisa menikmati pelbagai tarian tradisional seperti Tari Topeng Ayu, Kuda Debog, Kuda Kiprah dan Warok Kreasi.
(Baca Juga: <a href="/adventurial/betapa-menyenangkannya-berwisata-ke-desa-wisata-tanon-semarang" target="_blank">Betapa Menyenangkan Berwisata ke Dewi Menari Tanon di Lereng Gunung Telomoyo</a>)
Gimana, sudah mulai gatal pengin melarikan diri dari rutinitas di kota? Sabar, belum akhir pekan! Buka-buka informasinya dulu, dan jangan lupa bikin rencana perjalanan biar liburanmu tetap menyenangkan. (IB20/E03)

Kesibukan di Semarang kadang menjemukan. Beruntung, sejumlah desa wisata yang belakangan berdiri, menjadi pendamping yang pas untuk kaum urban yang sesekali rindu suasana desa, lengkap dengan seni dan budayanya. Setidaknya, tiga desa ini menjadi tempat yang pas untukmu "melarikan diri"!