Dia mengatakan penyakit korupsi telah membuat Indonesia hancur dan nggak dapat maju. Rakyat, lanjut Lili, juga jadi korban karena terus hidup dalam kemiskinan akibat pemimpin yang korup.&nbsp;



Lili berpendapat, saat ini Indonesia membutuhkan pemimpin yang dapat memberantas korupsi. Bukan mengandalkan pencitraan semata. Oleh karena itu saatnya politik pencitraan harus ditinggalkan.

Dia meminta partai politik menyikapi perubahan preferensi pemilih muda terhadap calon pemimpin nasional tersebut. Terlebih, pemilih muda yang berusia 17-39 tahun dalam kontestasi Pemilu 2024 mendatang diprediksi mencapai 60 persen dari total pemilih.

"Pandangan mereka (pemilih muda) merupakan signal yang harus diperhatikan (partai politik) jika kandidatnya ingin keluar sebagai pemenang," ujar Lili.



Sementara itu, peneliti Saiful Mujani Research Center (SMRC) Saidiman Ahmad mengatakan partai politik harus menyerap aspirasi pemilih muda yang memiliki preferensi lebih khusus terhadap calon pemimpin ketimbang pemilih lebih luas. Meski menilai citra merakyat masih dinilai relevan, dia berpendapat calon pemimpin nasional juga harus memiliki integritas antikorupsi yang baik.&nbsp;

Pemilih muda, kata Saidiman, juga menginginkan calon pemimpin yang memiliki agenda langsung terhadap mereka. Misalnya, isu lapangan kerja dan lingkungan.

"Tapi perlu dicatat, anak muda itu kan kritis. Salah satu cirinya adalah kalau mereka merasa calon-calon yang ada tidak lebih menjanjikan, bisa saja mereka tidak ikut memilih," ujar Saidiman.

Setuju banget dengan hasil riset tersebut ya, Millens? Kamu sebagai anak muda sudah seharusnya memilih pemimpin nggak berdasarkan pencitraan yang dibangun tapi bukti nyata membangun bangsa. Betul nggak? (Siti Khatijah/E05)

Artikel ini telah terbit di Medcom dengan judul Pengamat Sebut Politik Pencitraan Harus Ditinggalkan, Sudah Tak Dilirik Pemilih Muda.

Inibaru.id - Anak muda nggak pernah luput dari target kampanye Pemilihan Umum. Kelompok pemilih pemula ini memiliki jumlah yang nggak sedikit sehingga suara yang terhimpun dari mereka sangat berarti. Namun, untuk menggaet suara mereka, calon pemimpin harus menggunakan cara yang cerdas.&nbsp;



Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menilai pemilih muda saat ini telah bersikap kritis dan cerdas. Ini bisa dilihat dari adanya pergeseran preferensi&nbsp;pemilih muda&nbsp;terhadap calon pemimpin nasional, dari semula menyukai yang merakyat dan sederhana, menjadi jujur dan antikorupsi.

"Mereka tampaknya menginginkan bahwa pemimpin ke depan punya concern terhadap pemberantasan korupsi," kata Lili kepada&nbsp;Media Indonesia, Selasa (21/3/2023).

Sudah bukan lagi zamannya mendulang suara dalam Pemilu dengan cara pencitraan. Para pemilih muda kini mendambakan sosok pemimpin yang jujur dan nggak korupsi. Lebih dari itu, mereka mengharapkan presiden yang memiliki agenda yang langsung berpengaruh terhadap mereka.&nbsp;

Pemilih Muda Harapkan Pemimpin yang Nggak Korupsi

Ada yang berpendapat jika puasa dilakukan dengan benar puasa
dapat mengendalikan asam lambung. Apakah hal ini benar?

Puasa Ramadan sebenarnya nggak secara langsung dapat
mengendalikan asam lambung. Namun, beberapa orang yang berpuasa melaporkan
bahwa mereka mengalami peningkatan kesehatan pencernaan dan gejala asam lambung
mereka berkurang selama bulan Ramadan.

Hal ini mungkin disebabkan oleh pola makan yang berubah
selama bulan puasa, di mana seseorang hanya makan saat waktu berbuka dan sahur,
dan kemudian berpuasa sepanjang hari. Pola makan ini dapat membantu
menyeimbangkan kadar asam lambung dan mencegah gejala asam lambung yang terkait
dengan makan berlebihan atau makan terlalu sering.

Sayanngya, bagi orang yang mengalami kondisi asam lambung
yang parah, berpuasa dapat memperburuk gejala mereka. Mereka yang menderita
asam lambung harus berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui
apakah mereka dapat berpuasa dan bagaimana cara mengatur pola makan mereka agar
tidak memperburuk kondisi mereka.

Cara mencegah asam lambung naik selama puasa

Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu mencegah
asam lambung naik selama puasa:

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Hindari makanan pedas,
asam, dan berlemak

Makanan seperti cabai, jeruk, kopi, minuman berkafein,
makanan berlemak tinggi, dan makanan pedas dapat meningkatkan produksi asam
lambung. Oleh karena itu, sebaiknya hindari makanan tersebut dan beralih ke
makanan yang lebih sehat dan ringan seperti buah-buahan, sayuran, dan protein
nabati.

2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Konsumsi makanan dalam
porsi kecil

Hindari makan dalam jumlah besar sekaligus. Sebaiknya makan
dalam porsi kecil dan sering agar tubuh tetap tercukupi nutrisi yang
dibutuhkan.

3.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Hindari merokok dan minum
alkohol

Merokok dan minum alkohol dapat meningkatkan produksi asam
lambung dan merusak lapisan pelindung pada dinding lambung, sehingga sebaiknya
dihindari selama puasa.

4.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Jangan tidur setelah makan

Tidur setelah makan dapat memperburuk gejala asam lambung.
Sebaiknya tunggu minimal 2-3 jam setelah makan sebelum tidur atau melakukan
aktivitas yang memerlukan posisi tidur.

5.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Konsumsi makanan yang mudah
dicerna

Pilih makanan yang mudah dicerna seperti bubur, sup, atau
makanan ringan yang sehat, serta hindari makanan yang terlalu berat pada perut.

6.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Minum air putih yang cukup

Pastikan untuk minum air putih yang cukup untuk membantu
mengeluarkan asam lambung dari lambung.

7.&nbsp; &nbsp; &nbsp; Konsultasi dengan dokter

Jika Anda memiliki masalah asam
lambung yang serius, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh
saran dan pengobatan yang tepat sebelum puasa Ramadan. (Siti
Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id – Selama satu bulan penuh, umat Islam
diwajibkan menjalani ibadah puasa Ramadan yang melibatkan proses menahan diri
dari segala sesuatu yang dapat membatalkannya, seperti lapar, dahaga, dan hawa
nafsu, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Namun, bagi sebagian orang yang menderita kondisi asam
lambung atau GERD, puasa dapat memicu kambuhnya penyakit mereka. Asam lambung
sendiri dapat menyebabkan sensasi mulas dan rasa panas di dada akibat naiknya
kandungan asam lambung hingga ke tenggorokan.

Muncul anggapan bahwa puasa dapat mengendalikan asam lambung tetap stabil. Benarkah demikian?

Benarkah Puasa Bisa Mengendalikan Asam Lambung?

“Sudah berapa kali kami di-bully warganet karena angklung kan bukan khas Jogja” ucapnya
sebagaimana dikutip dari Mojok,
Selasa (21/3/2023).

Hal ini langsung mendapatkan tanggapan dari etnomusikolog
alias peneliti musik dari Institut Seni Yogyakarta Aris Setyawan. Dia mengakui
jika banyak kelompok musik angklung berasal dari luar Yogyakarta.

“Angklung dan calung banyak berkembang di wilayah Banyumas,
Purbalingga, dan Cilacap,” ungkapnya sebagaimana dilansir dari Kumparan, Selasa (21/3).

Dulu, daerah-daerah tersebut masuk dalam wilayah kekuasaan
Mataram. Yang berkembang di sana adalah angklung karena pada zaman dahulu,
warga luar keraton kesulitan untuk mengakses gamelan.

Nggak hanya harga gamelan yang mahal, mempelajari ilmu
karawitan untuk memainkan alat musik tersebut juga susah. Oleh karena itu, kemudian warga dari wilayah tersebut memainkan angklung dan calung yang lebih mudah
dibuat dan dimainkan.

Nah, karena adanya irisan sejarah yang kuat antara daerah-daerah Banyumasan dengan
Mataram, Aris pun tetap menyebut angklung dan calung sebagai alat
musik tradisional Jawa, meskipun nggak khas Jogja. Apalagi, laras musik yang
dipakai angklung dan gamelan sama, yaitu laras pelog dan tangga nada pentatonis.
Dia pun menyebut larangan angklung di Malioboro karena nggak khas Jawa sebagai
hal yang kurang tepat.

“Mungkin maksudnya Pemkot Jogja pengin Malioboro itu Jogja
banget. Tapi kan kalau yang dipentaskan gamelan cukup berat ya, malah susah
dibawa ke mana-mana,” sarannya sebagaimana dikutip dari Harian Jogja, Selasa (21/3).

Untungnya, Pemkot Jogja ternyata nggak saklek terkait dengan isu ini. Kabarnya, para pemusik angklung
Malioboro bakal dipindah ke Teras Malioboro 1 dan 2, bukannya benar-benar
dilarang tampil.

Pemindahan ini pun sebenarnya bukan semata-mata karena
angklung dianggap bukan sebagai alat musik khas Jogja, melainkan lebih karena
faktor penataan Malioboro. FYI, Malioboro sedang diajukan menjadi kawasan Sumbu Filosofi
sebagai warisan budaya UNESCO.

Gara-gara hal ini, nggak hanya pemusik angklung
yang dilarang tampil, penjual makanan, rokok, dan lain-lain juga nggak boleh beraktivitas
di sana.

Tapi, jika pemusik angklung ini pengin tetap bisa pentas di
Teras Malioboro, mereka harus mengombinasikan alat musik angklung ini dengan
alat musik khas Jogja seperti gamelan.

“Kami minta kolaborasikan dengan alat musik Jawa seperti bonang,
saron, apapun yang bernuansa Jogja. UPT masih mengurus kurasinya. Semoga Lebaran
mereka sudah bisa tampil,” ucap Ekwanto.

Permintaan Pemkot Jogja pun mendapatkan sambutan dari Grup
Angklung Carekhal Setiadi. 

“Kalau maunya seperti itu, harus dikombinasikan, ya nggak
apa-apa,” ucapnya.

Isu larangan angklung di Malioboro ternyata sudah ada solusi
yang disepakati semua pihak. Semoga saja kemeriahan yang biasanya disajikan
saat musik ini dipentaskan bisa kembali terdengar. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Belakangan
ini warga Yogyakarta dihebohkan dengan larangan tampilnya grup musik angklung di
Malioboro. Kabarnya, alasan pelarangan ini karena angklung dianggap bukan alat
musik khas Jogja.

Menurut keterangan Kepala UPT Kawasan Cagar Budaya Malioboro
Ekwanto, keputusan untuk melarang angklung pentas di jalan paling populer di
Kota Gudeg nggak sembarangan diambil. Apalagi, sebelumnya banyak warganet yang
memprotesnya.

Salah satu daya tarik Jogja bagi para wisatawan adalah pementasan angklung di Malioboro. Tapi, belakangan alat musik ini dilarang tampil di sana. Alasannya adalah karena angklung bukan alat musik khas Jogja.

Peneliti Musik Tanggapi Isu Larangan Angklung di Malioboro; Nggak Tepat

Balai Yasa Pengok bisa kamu temui di Jalan Kusbini. Nama Pengok diambil dari nama kampung tempat bengkel kereta api tersebut berada. Di bengkel inilah, lokomotif, gerbong kereta, dan fasilitas kereta api lainnya mendapatkan perawatan atau perbaikan.

Balai Yasa Pengok didirikan pada 1914 oleh&nbsp;Nederland Indische Spooorweg Maatschapij (NIS). Awalnya, nama tempat ini adalah&nbsp;Centraal Werkplaats.

Dikutip dari Good News From Indonesia
(24/12/22), bengkel yang berdiri di atas tanah seluas 12,88 hektare dengan luas bangunan 4,37 hektare ini pernah
dikuasai Jepang pada 1942 dan baru diambil alih oleh pemerintah Indonesia
pada 28 September 1945.

Djawatan Kereta
Api Republik Indonesia (DKARI) kemudian mengubah nama bengkel tersebut menjadi Balai Karya. Barulah pada 1959, namanya diubah menjadi Balai Yasa Traksi.

O ya, ada cerita sejarah unik Indonesia yang melibatkan Balai Yasa Pengok, Millens. Begini, pada 1946 sampai akhir 1949, Ibu Kota Indonesia sempat dipindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Keputusan itu dilakukan atas saran Sultan Hamengkubuwono IX saat melihat situasi yang nggak kondusif setelah proklamasi kemerdekaan.

Disadur dari Kesbangpol Kulon Progo
(30/01/23), pada 3 Januari 1946 malam, sebuah gerbong kereta dengan lokomotif C 2849 tiba di jalur kereta api yang ada di dekat kediaman Bung karno, yaitu Jalan Pegangsaan Timur, Menteng, Jakarta Pusat. Kedatangan gerbong kereta api ini dilakukan diam-diam. Lampu kereta bahkan sengaja dimatikan demi menghindari kecurigaan pihak NICA.

Sejumlah pejabat negara kemudian masuk ke dalam Kereta Luar Biasa (KLB) tersebut untuk menuju Stasiun Yogyakarta. Nah, setelah menurunkan rombongan pejabat tersebut di stasiun, KLB langsung mendapatkan pemeriksaan dan perawatan di Balai Yasa Pengok.

Tanpa adanya perawatan dan perbaikan kereta api yang baik di Balai Yasa Pengok, bisa jadi proses pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Yogyakarta tidak berjalan dengan baik. Jadi, secara tidak langsung, tempat ini memiliki peran besar dalam sejarah Indonesia.

Cerita tentang kereta api dan sejarah Indonesia memang menarik, ya, Millens. Termasuk kisah tentang Balai Yasa Pengok ini. Omong-omong, kamu pernah melihat tempat ini belum?&nbsp;(Kharisma
Ghana Tawakal/E07)

Inibaru.id – Puluhan tahun sebelum merdeka, tepatnya sejak 1867, kereta api sudah beroperasi di Indonesia. Pada tahun tersebut, si ular besi sudah melayani rute Semarang - Tanggung (salah satu wilayah di Grobogan). Melihat fakta ini, wajar jika ada banyak stasiun atau tempat-tempat yang terkait dengan kereta api jadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan hingga berbagai peristiwa penting di Tanah Air.

Salah satu tempat tersebut adalah Balai Yasa Pengok, tempat perawatan dan perbaikan kereta api yang ada di Yogyakarta. Bengkel kereta api ini jadi saksi Yogyakarta sempat jadi Ibu Kota Indonesia untuk sementara waktu.

Di Yogyakarta, ada tempat di mana kereta api bisa diperbaiki atau mendapatkan perawatan secara berkala. Nama tempatnya adalah Balai Yasa Pengok. Seperti apa sih tempat ini?

Balai Yasa Pengok, Saksi Bisu Pemindahan Ibu Kota Negara

Informasi tentang keakuratan obat sirop ini sangat penting bagi masyarakat. Agar nggak lagi muncul keresahan, Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) menyelenggarakan "Dialog Interaktif Kesehatan: Sirop Obat Aman Untuk Anak" yang diadakan di Royal Kuningan Hotel, Jakarta, pada Selasa (21/3/2023).



Acara ini didukung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan Pakar Farmakologi.

Dalam acara tersebut disampaikan, kamu bisa melihat daftar produk obat sirop yang aman untuk dikonsumsi selama mengikuti aturan pakai di website atau sosial media BPOM serta melalui kanal publikasi resmi BPOM lainnya.

"Masyarakat, pasien, fasilitas layanan kesehatan dan dokter diminta untuk tidak lagi khawatir dan ragu," kata&nbsp;Direktur Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor &amp; Zat Adiktif (ONPPZA), Tri Asti Isnariani.



Kini, produk sirop obat yang sudah dirilis kembali oleh BPOM bisa diresepkan kembali oleh dokter dan bisa dikonsumsi masyarakat dengan tenang selama mengikuti aturan pakai.

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Noffrendi Roestram mengemukakan ada banyak pengalaman apoteker&nbsp; menerima keluhan masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses sirop obat yang belum boleh beredar.

Selain itu, lamanya proses mendapatkan obat puyer, selama periode penarikan sementara sirop obat tahun lalu juga jadi masalah. Namun dengan nggak adanya lagi kasus GGAPA masal sejak dirilisnya produk sirop obat oleh BPOM bulan Desember tahun lalu membuktikan keamanan produk tersebut.

Wah, ini kabar bagus ya, Millens. Sekarang para orang tua nggak perlu khawatir untuk membeli obat sirop di apotek resmi, baik berdasarkan resep dokter maupun membeli obat bebas. (Siti Khatijah/E05)

Inibaru.id - Semenjak heboh tentang obat sirop anak disinyalir jadi penyebab penyakit Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA), kita sebagai orang dewasa merasa takut dan khawatir untuk memberikan obat dalam bentuk sirop.

Namun,&nbsp;seluruh instansi dan organisasi terkait telah melakukan investigasi dan evaluasi ulang secara menyeluruh. Kesimpulannya adalah&nbsp;satu-satunya penyebab kasus GGAPA yang terjadi adalah karena adanya cemaran bahan pelarut Propilen Glikol (PG)/Propilen Etilen Glikol (PEG) yang diganti dengan Etilen Glikol (EG)/Dietilen Glikol (DEG) oleh satu oknum perusahaan penyuplai kimia.

Setelah distop peredarannya karena sedang diteliti, kini obat sirop sudah boleh diresepkan dan dikonsumsi kembali. Terkait penyebab penyakit Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA), para ahli menyatakan bahan yang membahayakan nggak ada dalam kandungan obat sirop yang dinyatakan aman.

Nggak Khawatir Lagi, Obat Sirop Sudah Bisa Dikonsumsi Anak

“Bisa
wisata sehari, dari pagi sudah berangkat. Jam enam pagi,” ungkap Agung pada
Senin (26/4/2021).

Kalau
begitu caranya, sebaiknya kamu mencari penginapan di Dieng agar bisa memulai
perjalanan sepagi mungkin. Nah, biar bisa cukup seharian, coba deh kamu mulai perjalanan
dari Kawah Sikidang.

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Kawah Sikidang

Jadi gini, Millens, kalau kamu mau masuk ke Kawah
Sikidang, tinggal membayar tiket seharga Rp 20 ribu. Tiket ini juga sudah
termasuk akses ke Candi Arjuna. Setelah memasuki area kawah ini, kamu akan
disuguhi pemandangan cantik berupa kawah aktif yang masih dipenuhi belerang.
Kamu nggak boleh dekat-dekat ke kawah ini karena suhunya bisa sangat panas, lo.

Nah, kawah
ini sudah buka sejak pukul 07.00 sampai 17.00 WIB. Bisa menikmati pemandangan
cantik di pagi hari, deh.

2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Candi Arjuna

Jarak
antara Candi Arjuna dan Kawah Sikidang hanyalah 1,5 km. Jadi, kamu bisa kok
jalan kaki ke sana. Nah, kalau kamu beruntung, bisa lo menikmati pagi hari di
Candi Arjuna sambil melihat embun upas yang membuat rerumputan terlihat seperti
membeku.

Candi
Arjuna buka dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Pastikan untuk membawa pakaian
tebal agar nggak kedinginan saat berada di sana, ya?

3.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Telaga Merdada

Telaga
Merdada memiliki jarak cukup jauh dari Candi Arjuna, yakni sekitar 3,8 km.
Hanya, pemandangannya sangatlah luar biasa sehingga sangat sayang untuk
dilewatkan. Nggak hanya menikmati pemandangan di pinggir telaga, kamu juga bisa
lo memancing atau naik perahu untuk menuju bagian tengah telaga yang masih asri
ini.

4.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Telaga Dringo

Telaga
Dringo memiliki jarak 12,2 km dari Telaga Merdada. Yang menarik dari telaga ini
adalah pemandangannya yang dihiasi dengan kebun the. Nah, kalau mau masuk,
siapkan tiket masuk sebesar Rp 5.000, ya?

5.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Kawah Candradimuka

Kawah
Candradimuka ini hanya berjarak 1,6 km dari Telaga Dringo. Jangan tanya deh
soal pemandangannya seperti apa. Pasti super keren, Millens. Nah, kamu bisa datang ke tempat ini hingga pukul 17.00
WIB. Tiket masuknya juga nggak mahal, kok, yakni Rp 5.000.

6.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Sumur Jalatunda

Meski namanya
sumur, kedalamannya sekitar 100 meter, lo. Di bibir Sumur Jalatunda, ada
tebing-tebing curam yang lumayan berbahaya. Hanya, pemandangannya sangat luar
biasa, Millens.

Tiket
masuknya hanya Rp 5.000 per orang. Nah, lokasi ini buka pukul 07.00 sampai
16.00 WIB.

7.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Telaga Sewiwi

Telaga
Sewiwi memang nggak sebesar telaga-telaga yang sudah disebutkan sebelumnya.
Hanya, tempat ini juga pemandangan yang nggak kalah cantik, kok, Millens. Bahkan, ada lo pintu gerbang
yang instagrammable banget, pokoknya.

Kalau mau
ke sana, siapkan uang untuk membayar tiket masuk sebesar Rp 5000, ya. Nah,
Telaga Sewiwi ini buka dari pukul 07.00 sampai 17.00 WIB.

Gimana, Millens, tertarik wisata seharian di
Dieng Banjarnegara, kan? Kunjungi saja tempat-tempat tersebut, deh. (Kom/IB09/E05)

Inibaru.id – Salah satu tempat wisata yang cukup populer di
Jawa Tengah adalah Dieng. Nah, tempat ini bisa kamu temukan di Kabupaten
Banjarnegara. Kalau kamu wisata ke Dieng Banjarnegara selama seharian,
kira-kira bisa berkunjung ke mana saja, nih?

Dieng berada
di dataran tinggi. Tapi, bukan berarti kamu hanya akan bisa menikmati
pemandangan gunung. Di Dieng ada banyak sekali tempat wisata yang menarik.
Salah satunya adalah Kawah Sikidang.

Kalau
menurut keterangan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Agung
Yusianto, wisata ke Dieng Banjarnegara bisa dilakukan seharian. Agar
puas, sebaiknya kamu mulai jalan-jalan pagi-pagi.

Nggak harus berhari-hari, kamu bisa lo wisata ke Dieng Banjarnegara seharian doang. Di sana ada banyak destinasi wisata yang bisa kamu sambangi. Hm, ke mana saja ya?

Wisata ke Dieng Banjarnegara Seharian, Bisa Berkunjung ke Mana Saja?

Inibaru-id - Berada di Dataran Tinggi Dieng, kamu pasti nggak bakalan mati gaya. Di tempat berudara bersih dan berhawa sejuk itu, kamu bisa bebas memilih tujuan untuk menghabiskan waktu dengan berfoto, bercengkarama bareng teman bahkan menyendiri.
Ya, karena nggak hanya satu, di sana ada beberapa tempat indah yang nggak bikin kamu rugi saat mengunjungi&nbsp;dataran tinggi yang&nbsp;membentang di empat kota tersebut.&nbsp;Berikut adalah beberapa spot apiknya!
<h2>Gardu Pandang Dieng</h2>
<img src="http://www.kompasdieng.net/wp-content/uploads/2016/04/gardu-pandang-tieng-1-620x330.jpg" alt="" width="710" height="378" />
<code>Gardu pandang Dieng. (kompasdieng.net)</code>
Dengan membayar tiket terusan sekitar Rp 10.000, kamu sudah mendapatkan akses penuh ke lokasi wisata termasuk gardu pandang. Pemandangan luar biasa mulai dari ladang yang luas, pemukiman penduduk dan Gunung Sindoro dapat kamu lihat dari gardu pandang.
<h2>Candi Arjuna</h2>
<img src="http://www.vacationbaliindonesia.com/wp-content/uploads/2014/07/Arjuna-Temple-Dieng-Plateau.jpg" alt="" />
<code>Candi Arjuna. (vacationbaliindonesia.com)</code>
Di candi ini, kamu berkesempatan menjelajah Kompleks Percandian Arjuna yang terdiri atas beragam candi cantik seperti Arjuna, Srikandi, Sembadra, dan Semar. Nggak jauh dari situ, kamu juga bisa menikmati keindahan Candi Setyaki dan Telaga Balekambang.
<h2>Kawah Sikidang</h2>
<img src="https://1.bp.blogspot.com/-g0wXKg6RTbw/V3Mpk34EMlI/AAAAAAAABGA/ra0ZBotzHcMvx76bGYbLEN_uvcm1fQdeACPcB/s1600/2.jpg" alt="" />
<code>Kawah Sikidang. (northbackpacker.com)</code>
Di kawah ini, terdapat fenomena alam berupa lava cair dengan titik didih antara 85-100 derajat Celsius. Asap putih pekat kerap menghiasi kawah ini. Jangan heran pula kalau kamu membaui aroma belerang. Oya, saat asyik berfoto di sini, kamu jangan sampai mendekat ke area bibir kawah ya, Millens!&nbsp;Yap, karena bibir kawah itu area yang rawan longsor.
<h2>Telaga Warna</h2>
<img src="https://www.dakatour.com/wp-content/uploads/2017/09/alamat-telaga-warna-wonosobo.jpg" alt="" />
<code>Telaga Warna. (dakatour.com)</code>
Pesona utama tempat wisata ini adalah keindahan air telaga yang bisa berubah-ubah. Suasana di sini yang masih asri dan sejuk juga pas banget buat kamu yang pengin bersantai. Di sekitar Telaga Warna, kamu juga bisa menjumpai tempat wisata lain yang nggak kalah menarik, yaitu Goa Semar, Goa Jaran, Goa Pengantin, dan Telaga Pangilon.
Dieng memang punya banyak pilihan tempat wisata. Jadi, jika mau datang ke sana, sebaiknya kamu tentukan dulu hendak ke mana. Jangan sampai kebingungan ya, Millens! (IB20/E03)

Datang ke satu kawasan dengan banyak alternatif tempat wisata, itulah Dieng. Satu dua hari nggak akan cukup untuk menjelajahinya. Spot mana saja yang menarik?

Spot-Spot di Negeri Atas Awan, Tempat Indah untuk Mengukir Kenangan

Inibaru.id &ndash; Menjelang gelaran Dieng Culture Festival (DCF), suhu udara di kawasan Dieng, Jawa Tengah kembali mencapai titik beku. Bahkan, pagi hari ini, Senin (17/6/2019), tercatat suhu udara di datarang tinggi Dieng mencapai minus 1 derajat celsius.
Laman Detik, Senin (17/6) menulis, rerumputan dan daun-daun yang ada di kompleks Candi Arjuna terlihat membeku. Bahkan, atap-atap bangunan terlihat memiliki warna putih karena embun yang membeku.
&ldquo;Munculnya es di Dieng sudah tiga kali terjadi selama tahun 2019. Hanya saja, kemunculan embun es ini lebih awal dari biasanya,&rdquo; ungkap Hasta Priyandono, salah seorang masyarakat dari Desa Dieng Kulon.
Hasta juga menyebut embun yang membeku hanya berada di kawasan kompleks Candi Arjuna saja sehingga tidak begitu luas dan merusak tanaman. Mengingat puncak dari musim kemarau biasanya berlangsung di Bulan Agustus, diprediksi fenomena embun es ini akan kembali mendatangi Dieng di waktu dekat.
&ldquo;Sejauh ini embun es hanya ditemukan di area candi, nggak sampai ke kebun kentang milik warga. Jadi, tanaman kentang warga nggak sampai rusak,&rdquo; terang Hasta.
Gelaran Dieng Culture Festival ke sepuluh akan digelar pada 2-4 Agustus 2019. Selain berbagai pertunjukan seni budaya yang menarik, termasuk ritual adat pencukuran rambut gembel, pengunjung juga bisa menikmati keindahan kawasan candi yang ada di Dieng dan suhu udara yang sangat dingin bak musim dingin di luar negeri. Jika beruntung, kita juga bisa melihat embun es meskipun biasanya fenomena ini berlangsung di dini hari dan pagi hari saja.
Millens pernah melihat embun beku di Dieng, belum? Karena fenomena ini diprediksi masih akan terjadi, nggak ada salahnya kamu main-main ke sana sambil menikmati Dieng Culture Festival, nih. (IB09/E04)

Pagi ini, Senin (17/6/2019), kawasan Dieng kembali membeku dengan suhu minus 1 derajat celsius. Seperti apa keadaannya?

Kembali Membeku, Suhu Di Dieng 1 Minus Derajat Celcius Pagi Ini

Inibaru.id &ndash; Pegunungan Dieng yang berada di Wonosobo, Jawa Tengah menjadi daya tarik wisata karena eksotisme alam yang dimilikinya. Nah, gunung apa yang kamu kenal dari deretan pegunungan Dieng, Millens? Selain Bukit Sikunir, Gunung Pakuwajan, dan Gunung Prau, ada Bukti Pangonan yang bisa jadi pilihan kamu untuk dijelajahi, lo.
Kalau sedang nggak ingin mendaki puncak yang tinggi dan terjal, maka Bukit Pangonan jadi destinasi yang cocok. Sejak 18 Februari 2016, pos pendakian bukit setinggi 2.300 mdpl ini telah dibuka untuk umum. Saat itu, peresmian dilakukan oleh Gubenur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, bersamaan dengan perayaan Tawur Agung Umat Hindu di Kawah Sikidang.
Baca juga: <a href="/adventurial/curug-gending-asmoro-bagaikan-oase-di-tengah-hutan-bambu" target="_blank">Curug Gending Asmoro, Oasis di Tengah Hutan Bambu</a> <a href="/adventurial/melongok-kehidupan-purbakala-di-museum-sangiran" target="_blank">Melongok Kehidupan Manusia Purba di Museum Sangiran, Sragen</a>
Berada di Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, pos pendakian Bukit Pangonan ditandai dengan bangunan rumah kayu permanen yang mempunyai halaman parkir luas. Sembari beristirahat dari perjalanan panjang setelah berangkat dari rumah, kamu bisa menikmati suasana jalur awal pendakian. Kalau cuaca cerah, kamu juga bisa melihat puncak gunung dari pos pendakian ini, lo. Untuk sampai ke puncak, hanya dibutuhkan waktu sekitar 20 menit.
Nah, yang unik Bukit Pangonan ini menyajikan pemandangan yang lain daripada Gunung Prau dan Sikunir. Dari Gunung Prau, pendaki bisa menikmati puncak yang luas dengan panorama memukau, sementara Sikunir memberikan sunrise yang hangat. Bagaimana dengan Bukit Pangonan?
Mengutip kesiniaja.com, Bukit Pangonan diselimuti lembah luas di puncak yang membentuk cekungan bekas danau yang mengering. Area tersebut lalu ditumbuhi ilalang yang membentuk padang sabana hijau yang menyenangkan untuk dipandang. Jika musim kemarau tiba, ilalang akan menguning dan menawarkan panorama indah yang memanjakan mata.
Ada kejutan lain juga, lo. Di Bukit Pangonan, pendaki juga bisa melihat candi.
&ldquo;Di atas gunung juga ada temuan candi. Jadi bisa melihat, tapi lokasinya yang sebelah,&rdquo; tutur Camat Batur, Sila sambil menunjuk bukit di belakang jalur awal pendakian, seperti ditulis kompas.com (21/2/2016).
Baca juga: <a href="/adventurial/memburu-berkah-di-kelenteng-tertua-nusantara" target="_blank">Dewa Langit Itu Bersemayam di Kelenteng Tertua di Nusantara</a> <a href="/adventurial/menyaksikan-kemeriahan-imlek-di-kota-seribu-kelenteng" target="_blank">Menyaksikan Kemeriahan Imlek di Kota Seribu Kelenteng</a>
Yup, Bukit Pangonan ini memang berada tepat di atas kompleks wisata Candi Arjuna. Candi warisan umat Hindu tersebut bisa diamati dengan jelas bahkan ketika pendaki baru beberapa langkah menaiki gunung.
Masih belum puas? Ketika turun dari puncak, bersiap-siaplah untuk memperoleh pemandangan nan menakjubkan dari Kawah Sikidang.
Wah, asyik banget, ya, Millens! Tertarik ke sana? (AYU/SA)

Ingin rehat sejenak dari kesibukan dan memanjakan mata dengan hamparan ilalang di padang sabana? Sembari mendaki Bukit Pangonan, kamu bisa menikmati panorama sabana dari ketinggian Dieng. 