Karena alasan itulah, banyak orang mengonsumsi telur setiap
hari. Tapi, apakah kebiasaan itu aman? &nbsp;

Asal kamu tahu, dilansir dari Cleveland Clinic, telur memang
mempunyai begitu banyak manfaat untuk kesehatan. Mengonsumsi satu butir telur
setiap hari diperbolehkan dengan catatan kamu nggak punya masalah kesehatan
seperti kardiovaskular atau hipertensi.

Kalau kamu memiliki masalah kesehatan seperti yang tadi
disebutkan, lebih baik mengonsumsi tiga hingga empat butir telur per minggu.

Di dalam telur terdapat lemak jenuh dan dapat meningkatkan
kadar kolesterol jahat dalam darah. Memang, telur bukan satu-satunya “kambing
hitam” kolesterol tinggi atau hipertensi, tapi kamu tetap musti berhati-hati
setiap hari.

Kamu juga perlu memperhatikan cara mengolahnya. Nah biar telur
yang dikonsumsi lebih sehat, kamu disarankan untuk memasaknya dengan minyak
zaitun atau dikombinasikan dengan sayuran serta makanan sehat lainnya.

Lalu, berapa banyak telur yang boleh kamu dikonsumsi per
hari?

Pertanyaan ini nggak bisa langsung dijawab dengan lugas. Pasalnya,
ada banyak faktor, seperti genetika, riwayat keluarga, cara memasak, pola makan
secara keseluruhan, dan bahkan tempat tinggal yang bisa memengaruhi jumlah
telur yang aman dikonsumsi per hari. 

Memperhatikan jumlah kolesterol total dalam makanan dari
makanan selain telur juga penting diketahui. Jika makananmu relatif rendah
kolesterol, mungkin bisa mengonsumsi lebih banyak telur.&nbsp; 

Mengutip Healthline, orang dewasa yang sehat dengan
kadar kolesterol normal dan nggak ada faktor risiko penyakit jantung yang
signifikan, 1-2 butir telur masih aman.

Dalam sebuah penelitian kecil pada 38 orang dewasa yang
sehat, mereka yang mengonsumsi tiga butir telur mengalami peningkatan kolesterol
jahat, kolesterol baik, dan rasio kolesterol jahat ke kolesterol baik.

Sebab itu, para ahli enggan menyarankan untuk mengonsumsi lebih
dari 2 butir telur per hari. Satu butir per hari merupakan jumlah telur yang
aman untuk kesehatan.

Buat kamu yang senang makan telur, informasi di atas
bermanfaat nggak, Millens? (Siti Zumrokhatun/E07)

Inibaru.id - Telur merupakan salah satu sumber protein
hewani yang paling mudah didapatkan. Umumnya, harga telur lebih terjangkau
dibanding bahan makanan hewani lain seperti daging putih atau merah.

Dapat diolah menjadi berbagai makanan, telur sangat digemari
banyak kalangan. Bukan cuma itu, telur juga kaya akan berbagai nutrisi yang
menyehatkan, seperti vitamin A, vitamin E, vitamin B12, vitamin B9 (folat), dan
lutein.

Merupakan sumber protein hewani yang terjangkau, telur mudah didapat di pasaran. Selain itu, kamu bisa mengolah telur menjadi masakan apa saja. Jadi jangan heran jika orang nggak bakal bosan makan telur. Tapi amankah mengonsumsi telur setiap hari?

Jumlah Aman Makan Telur Setiap Hari

Mengapa memilih daun pisang sebagai
pembungkusnya? Menurut perempuan berusia 56 tahun tersebut, keberadaan daun
pisang bisa membuat rasa kue keranjang berbeda. Aromanya juga jauh lebih wangi
meski nggak diberi vanili.

Namun, karena memakai bahan daun
pisang, proses pembuatan kue keranjang jadi lebih berat. Maklum, pengolahan
daun pisang harus melibatkan tangan manusia, nggak bisa sepenuhnya memakai
mesin.

“Seingat saya dulu ada beberapa industri
lain yang memakai daun pisang juga tapi akhirnya tutup. Produksinya memang
berat karena jika sampai ada daun pisang yang sobek sedikit saja, adonan kue
bisa bocor,” ceritanya.

Untungnya, nggak seluruh proses pembuatan
kue keranjang ini harus dilakukan secara tradisional. Proses penggilingan beras
ketan misalnya, bisa memakai mesin. 

“Tepung digiling, lalu diayak. Setelah
diayak, dicampur pakai gula lalu dikukus. Sekali masak bisa sampai 5 jam
sehingga kuenya jadi kental dan kalis. Barulah kuenya ditutup dengan bungkus
daun,” jelasnya sebagaimana dilansir dari Tribun Jogja, Sabtu (13/1).

Juliawati mengaku kue keranjang yang dia produksi laris-manis jelang perayaan Imlek. Itu karena dirinya mampu menjaga kualitas kue keranjangnya selama empat dekade. Pemesan nggak hanya datang dari wilayah Magelang saja.
Banyak yang memesannya dari luar Pulau Jawa.

“Tahun ini malah kebanyakan yang pesan dari
luar kota seperti Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan
Klaten. Kalau dari Magelang sudah biasa ambil sendiri ke sini,” katanya.

Harga kue keranjangnya berapa? Setiap dua
buah kue dengan rasa original dengan berat sekitar 1 kilogram dihargai Rp58
ribu. Sementara itu, kue keranjang rasa cokelat isi 3 dihargai Rp60 ribu.

Karena pesanannya selalu banyak, Juliawati
pun mempekerjakan 15 orang untuk mengurus pembuatan kue keranjang ini. Hal ini
membuatnya mampu memproduksi setidaknya 300 kilogram kue dalam sehari.

“Ada 6 tungku masak. Setiap tungku bisa
memasak 15 kg. Dalam sehari bisa sampai tiga kali masak,” jelasnya.

Kamu pernah menjumpai kue keranjang berbungkus daun pisang ini atau belum nih, Millens? Kalau belum, silakan datang ke Magelang atau mencari di sekitarmu. Siapa tahu kue keranjang tersebut sudah sampai di kotamu.&nbsp;(Arie
Widodo/E10)

Inibaru.id – Jelang Tahun Baru Imlek 2023, segala pernak-pernik terkait dengan
hari raya ini memang menarik untuk dibahas. Salah satunya adalah kue keranjang
daun pisang khas Kota Magelang, Jawa Tengah. Seperti apa sih keunikan dari
penganan ini?

Kue keranjang daun pisang diproduksi di
sebuah industri rumahan yang ada di Jalan Brigjend Katamso Nomor 11 yang ada di Kampung Bayeman, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah. Kue ini
sudah diproduksi sejak 40 tahun yang lalu. 

“Saya generasi kedua (pengelola industri
kue keranjang ini), setelah mama saya,” ucap Juliawati sembari disibukkan
dengan proses pembuatan kue-kue tersebut, dilansir dari SMJogja, Senin
(15/1/2023).

Tahun Baru Imlek sebentar lagi. Pernak-pernik yang berhubungan dengan itu sudah mulai kita lihat di mana-mana, salah satunya kue keranjang. Di Magelang, ada kue keranjang unik karena dibungkus dengan daun pisang, nih. Bagaimana kue keranjangnya ya?

Perjalanan 40 Tahun Kue Keranjang Daun Pisang Khas Magelang

“Permainan lato-lato ketika dimainkan bersama-sama tanpa
pengawasan yang baik dari orang dewasa di sekitar anak bisa saja menimbulkan
perselisihan dan memicu terjadinya kekerasan antaranak," kata mantan
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti.

Nggak hanya itu, menurut Retno, jika lato-lato dimainkan
terus-menerus maka ada potensi pecah bola. Hal itu dapat mencederai anak-anak.

“Berpotensi bolanya pecah atau terlempar dan melukai pemain
dan anak lain di sekitarnya”, ujar Retno.

Beberapa pihak menyatakan larangan bermain lato-lato,
bagaimana guru melihat hal ini? Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)
Fahriza Tanjung berpendapat bahwa aturan yang dikeluarkan oleh dinas pendidikan
tersebut sudah tepat.

Bahkan, jika berlebihan, dampak bermain lato-lato sama
dengan dampak bermain gawai. Menurut Fahriza, lato-lato sering dimainkan di
waktu yang nggak tepat. Karena itulah kini lato-lato dilarang dimainkan di
sekolah.

“Hal itu karena pertimbangan dampak kecanduan serta
menganggu proses pembelajaran dan tujuan pencapaian pembelajaran. Analogi ini
juga cocok untuk larangan membawa dan memainkan lato-lato," ujar Fahriza
dalam keterangannya, Minggu (15/1/2023).

Tuh, apapun jika berlebihan akan menyebabkan kecanduan dan akhirnya
mengganggu proses belajar, ya. Jadi, meski ini musim lato-lato, ajak anak kecil
di sekitarmu untuk memainkannya di waktu yang tepat dan dalam pengawasan orang
dewasa. (Siti Khatijah/E05)

Artikel ini telah terbit di Medcom dengan judul Kecanduan Gawai dan Lato-Lato Sama-Sama
Mengganggu Proses Belajar di Sekolah. &nbsp;

Inibaru.id –
Banyak orang tua merasa senang dengan maraknya permainan lato-lato di kalangan anak-anak.
Pasalnya, permainan itu bisa menyisihkan sejenak kebiasaan para anak bermain
gawai yang selama ini nggak teralihkan.

Namun, beberapa waktu lalu, sejumlah dinas pendidikan di
berbagai daerah mengeluarkan surat edaran yang isinya melarang peserta didik
membawa mainan lato-lato ke sekolah. Hal ini menjadi bagian dari pencegahan dan
penanggulangan kekerasan di satuan pendidikan.

Musim lato-lato sepertinya belum akan usai. Masih banyak anak yang terus memainkannya dari pagi hingga petang. Tahukah kamu jika bermain lato-lato dengan berlebihan juga bisa sebabkan kecanduan?&nbsp;

Seperti Gawai, Lato-Lato Sebabkan Kecanduan Jika Berlebihan

Umumnya, petis ini dibuat dari olahan udang atau ikan yang
dimasak dalam waktu yang cukup lama hingga kaldu atau sarinya keluar. 

Sebenarya, membuat petis sendiri di rumah nggak sulit karena
bahan dan alatnya sederhana. Namun, kamu harus ekstra sabar karena membutuhkan
kesabaran yang hakiki. Maklum, membuat petis memerlukan waktu yang lama.

Wajar saja jika akhirnya orang memilih untuk membeli
ketimbang bikin bahan makanan berwarna hitam ini. Kebanyakan petis baik udang maupun
ikan di pasaran memang berwarna hitam. Tapi, kamu tahu nggak kenapa petis
berwarna hitam?

Mengutip Kompas (14/1), dalam sebuah wawancara
melalui sambungan telepon, Faizul Mubarok selaku pemilik usaha Petis Maju
Tresno di Gresik memberi keterangan kalau petis berwarna hitam karena
penggunaan bahan dan cara memasaknya, Millens.

“Kalau menurut saya pribadi, warna hitamnya itu bisa dari
penggunaan sari udang dan gula yang membuatnya berwarna gelap hitam gitu.”
ungkapnya, Rabu (9/2/2022).

Bukan cuma itu, kata Faizul proses memasak petis yang
ditambahkan dengan gula dan dimasak dalam waktu yang cukup lama juga turut
memengaruhi. Jadi, gula yang dimasak lama bakal menjadi karamel sehingga bikin petis
hitam. 

Asal kamu tahu, petis ternyata nggak selalu berwarna hitam
legam lo. Ada juga petis yang berwarna merah kehitam-hitaman.&nbsp;&nbsp; 

“Sebenarnya petis udang itu warnanya beda-beda ya, ada yang
hitam legam dan ada yang merah kehitam-hitaman. Namun, kalau memilih petis
udang khas Surabaya sebaiknya yang hitam.” tuturnya.

Menurut Fauzul, petis yang berwarna sedikit merah terbuat
dari sari ikan di Madura. Jadi bukan dibikin dari sari udang. Rasanya cenderung
asin.

Menarik juga ya? Etapi, kamu pernah icip-icip petis berwarna
merah nggak, Millens? (Siti Zumrokhatun/E07)

Inibaru.id – Buat kamu pencinta gorengan, petis tentu
bukan kondimen yang asing. Di Semarang, kamu bisa menemukan gorengan tahu petis
yang populer di banyak tempat.

Yap, bahan bumbu berwarna hitam ini bisa membuat tahu pong
yang asin gurih memiliki rasa unik. nggak heran, tahu petis selalu menjadi
incaran wisatawan atau masyarakat sekitar.

Terbuat dari sari udang atau ikan, mengapa ya petis berwarna hitam legam?

Diolah dari Sari Udang dan Ikan, Mengapa Petis Berwarna Hitam?



Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Wonosobo Bambang Triyono mengatakan, pegunungan Dieng mulai Jumat (13/1/2023) pukul 23.00 WIB statusnya level I (normal) lalu naik menjadi level II (waspada).

Dia menyampaikan, sejak Senin (9/1/2023) di Dataran Tinggi Dieng terjadi beberapa kali gempa walaupun dengan skala kecil. Namun, pada Jumat pukul 18.46 WIB terjadi gempa cukup besar dengan skala magnitudo 3,4.

"Kami BPBD Kabupaten Wonosobo dan Pemantauan Gunung Api (PGA) Dieng bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Banjarnegara selalu berkoordinasi dan saling memantau perkembangan status gunung api di Dieng," ungkapnya, Minggu (15/1/2023).

Selain memantau gunung api, BPBD Kabupaten Wonosobo juga berkolaborasi dengan BPBD Banjarnegara untuk mengecek titik-titik yang rawan bencana terutama dengan adanya gas beracun.

Bambang menyebutkan beberapa titik rawan bencana, antara lain ada di Kawah Sikendang (di Telaga Warna Wonosobo), Kawah Sileri dan Kawah Sikidang (wilayah Banjarnegara).

Dia menuturkan sampai hari ini kondisi masih aman&nbsp;dan Dataran Tinggi Dieng masih dibuka untuk wisatawan, namun mereka dilarang untuk mendekat di sejumlah titik berbahaya tersebut.

"Kami sudah pasang penunjuk arah angin dan juga plang-plang imbauan agar tidak mendekat ke lokasi berbahaya tersebut, karena di lokasi berbahaya itu dimungkinkan muncul gas beracun yang membahayakan manusia," jelasnya.

Kita pantau perkembangan yang terjadi di Dataran Tinggi Dieng ya, Millens. Semoga yang menjadi kekhawatiran nggak pernah terjadi. (Siti Khatijah/E05)

Artikel ini telah terbit di Medcom dengan judul Wisatawan di Dieng Diminta Waspada Gas Beracun.

Inibaru.id - Dalam waktu dekat ini sebaiknya kamu menunda kunjungan ke Dataran Tinggi Dieng dulu ya, Millens. Di sana sedang nggak aman untuk wisatawan karena adanya gas beracun.&nbsp;

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mengimbau masyarakat setempat dan para wisatawan di Dieng untuk berhati-hati. Saat ini status pegunungan Dieng waspada terhadap gas beracun (CO2).

Dataran Tinggi Dieng memang memiliki panorama yang indah. Tapi, sekarang sepertinya bukan waktu yaang tepat untuk datang ke sana. Dieng kini sedang dalam status waspada karena adanya gas beracun (CO2).

Hati-Hati! Kawasan Dieng Waspada terhadap Gas Beracun

Program vaksinasi gelombang
pertama di Semarang diperkirakan akan selesai pada 11 Februari
mendatang. Sementara, pemerintah pusat merencanakan periode vaksin gelombang satu akan berakhir pada April mendatang, dengan target tenaga kesehatan, lalu petugas pelayan publik, dan disusul lansia.

Program vaksinasi gelombang kedua akan berlangsung mulai April mendatang, menyasar kalangan umum dengan prioritas masyarakat di wilayah yang memiliki risiko penularan Covid-19 cukup tinggi. (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Tenaga kesehatan mengikuti proses vaksinasi covid-19 di RS Wongsonegoro, Kota Semarang, Senin (25/1). (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Inibaru.id – Gelombang pertama program pemberian vaksin Covid-19 Sinovac di Kota Semarang sudah berjalan sekitar 10 hari. Mulai disuntikkan pada 14 Januari 2020 lalu, pemberian vaksin gelombang pertama difokuskan untuk tenaga kesehatan yang jadi garda terdepan dalam penanganan pandemi.

Hingga Senin (25/1), nggak kurang dari 9.700 tenaga kesehatan di Kota Semarang sudah mendapatkan vaksin. Hal ini sebagaimana diungkapkan&nbsp;Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr Muhammad Abdul Hakam.

“Hari ini terlaksana 367 (penyuntikan). Total dari hari pertama sebanyak 9.700-an,” ujar Hakam.&nbsp;

Vaksinasi Covid-19 di Kota Semarang sudah berjalan sekitar 10 hari sejak pertengahan Januari 2021. Nggak kurang dari 9.700 tenaga kesehatan telah mendapatkan vaksin.

Sudah 9.700 Nakes di Semarang Dapat Vaksin, Target Selesai 11 Februari 2021

Sekat pembatas itu, tutur salah seorang pekerja di toko tersebut, dipasang sejak pandemi mulai menggurita di Kota Semarang. Sekat ini dilapisi plastik tipis
untuk menangkal droplet menyebar.

Selain itu, para calon pembeli yang mau datang ke sini juga wajib menaati protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan mengecek suhu
tubuh. (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Calon pembeli melihat-lihat barang di antara sekat pembatas toko bayi di bilangan Sompok, Kota Semarang, Rabu (20/1/2021). Calon pembeli dan karyawan toko wajib menerapkan protokol kesehatan 3M. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Inibaru.id – Pandemi Covid-19 memaksa berbagai pelaku usaha
beradaptasi dengan era kenormalan baru, nggak terkecuali toko perlengkapan bayi.

Sebuah toko bayi di bilangan Sompok, Lamper Lor, Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah, mengurangi potensi penularan corona dengan memasang sekat pembatas antara pembeli dan penjual.

Salah satu toko bayi di Kelurahan Sompok, Kota Semarang, memasang sekat pembatas berbahan plastik di dalam ruangan. Hal ini diharapkan bisa mengurangi risiko penularan Covid-19 melalui droplet.

Sekat Pembatas Anti-droplet, Cara Toko Bayi di Sompok Antisipasi Penularan Covid-19

Dengan alasan menerapkan protokol kesehatan, pihak mal mengklaim wahana ini aman untuk dikunjungi. Sebelum masuk mal, para pengunjung sudah dicek suhunya. Mereka juga wajib memakai masker dan menjaga jarak.

Namun, sekali lagi, apakah protokol kesehatan semacam itu memungkinkan diterapkan pada anak dan cukup untuk mencegah penyebaran Covid-19? Hm, entahlah! (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Suasana Mal Tentrem di Kota Semarang, Rabu (13/1). Selama pandemi, Pemprov Jateng sempat meminta mal ini ditutup karena terlalu banyak orang yang berkunjung. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Suasana Mal Tentrem di Kota Semarang yang "bersalju", Rabu (13/1/2021). (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Inibaru.id - Kota Semarang bukanlah wilayah yang berada di zona sub-tropis yang mengenal musim dingin. Namun, kamu tetap bisa meluncur di atas hamparan es di sini, tepatnya di Mal Tentrem Semarang.

Di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga usai, arena "ice skating" menjadi wahana baru di mal yang berlokasi di Pekunden, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah, itu. Hampir tiap hari wahana "bersalju" tersebut selalu dikunjungi orang, khususnya anak-anak. Tentu saja hal ini menimbulkan satu ketakutan: amankah dari corona?

Sebagai sal Kota Semarang kini memiliki wahana Ice Skating yang sedang hits. Yap, wahana ini terletak di Mall Tentrem. Meski pandemi covid-19 belum usai, namun wahana menjadi favorit tempat bermain anak-anak.

Terapkan Protokol Kesehatan di Arena Ice Skating Mal Tentrem Semarang, Mungkinkah?

Calon penumpang mengantre untuk melakukan rapid test antigen di area Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, Senin (28/12/2020). (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Seorang warga melakukan rapid test antigen di area Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, Senin (28/12/2020). (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Inibaru.id - Menjelang libur akhir tahun 2020, penyedia transportasi massal di Kota Semarang mulai terpantau ramai, salah satunya di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani. Hal ini terlihat dari antrean calon penumpang yang mengular untuk mengikuti Rapid Test Antigen.

Yap, surat keterangan negatif dari hasil tes rapid antigen memang menjadi syarat wajib bagi tiap calon penumpang pesawat. Tes rapid diwajibkan bagi penumpang yang berusia di atas&nbsp;12 tahun. (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Libur akhir tahun sudah di depan mata. Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang juga tampak ramai calon penumpang yang mengantre untuk mengikuti Rapid Test Antigen sebelum melanjutkan perjalanan dengan pesawat.

Jelang Akhir Tahun, Layanan Tes Rapid Antigen Bandara A Yani Semarang Mulai Ramai

“Kalau New Normal secara keseluruhan, sudah lupakan sajalah, karena kita hitung Ro kita sampai 30 Mei adalah 1,47,” jelas Hendi.

Dia menyatakan bahwa berat baginya untuk menyulap angka 127
orang menjadi 50 penderita dalam lima hari saja. Kini dirinya belum memutuskan
untuk memperpanjang Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) atau nggak mengingat
angka penderita Covid-19 terus menanjak.

"Tapi saya melihat hari ini kita belum perlu seperti
PSBB, kita masifkan lagi patroli dan tes massal secara acak," tambahnya.

Di sisi lain, Hendi punya opsi untuk menjalankan new normal
secara parsial atau menjalankan new normal pada beberapa sektor satu per satu.

"Kalau bicara New Normal, nanti kami akan per sektor
saja, sektor yang sangat mendesak ya kami rapatkan hari ini, yaitu sektor
tempat ibadah dan tempat olah raga," ungkapnya.

Di sektor ibadah, Hendi mengaku bakal berpegangan pada
Menteri Agama dan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengelola tempat
ibadah. Jika sudah mencapai kesepakatan, pihaknya bakal membuat pernyataan yang
akan diteruskan pada gugus tugas Covid-19 di Kota Semarang.

Sedangkan di sektor pendidikan, Hendi menegaskan bahwa saat
ini masih dalam masa libur sekolah sehingga hal ini belum bisa didiskusikan dan
baru akan dibahas menjelang jadwal masuk sekolah nanti.

“Sekolah masih lama, karena masih libur, hari ini anak
- anak SD, SMP, SMA masih libur, sehingga tidak didiskusikan hari ini,"
jawab Hendi.

Terkait pernyataan Hendi ini, bagaimana tanggapanmu,
Millens? (IB27/E05)

Inibaru.id - Dengan ditemukannya beberapa klaster baru
penyebaran Covid-19 di Kota Semarang, Hendrar Prihadi, Wali Kota Semarang
mengungkapkan bahwa opsi New Normal secara utuh menjadi jauh dari
kebijakan yang akan diambil. Meski beberapa kriteria untuk menjalankan new
normal telah dapat dipenuhi oleh Kota Semarang, tapi melonjaknya kasus positif
Covid-19 telah meningkatkan angka Ro di ibu kota Jawa Tengah ini.

Hendi mengungkapkan bahwa Ro di Kota ATLAS mencapai angka
1,47. Padahal untuk bisa menjalankan kebijakan new normal dibutuhkan Ro di
angka di bawah 1. Dia menyebutkan hal ini akibat lonjakan penderita Covid-19, dari 47 menjadi 127 orang pasca-Lebaran.

Hendrar Prihadi Wali Kota Semarang menyatakan bahwa New Normal di Kota ATLAS secara keseluruhan mungkin belum bisa terlaksana akibat lonjakan kasus Covid-19. Menangggapi hal ini, dirinya menyampaikan opsi new normal parsial yang bisa diterapkan oleh beberapa sektor satu per satu.

New Normal Kota Semarang, Hendi: Lupakan Saja!

Selain mereka berdua, ada pula Bejo, seorang tukang becak asal Demak yang biasa mangkal di Jalan Pandanaran. Mungkin karena dia lagi tak ada penumpang, laki-laki ini tak pakai masker, pikir saya.&nbsp;

“Sumpek og&nbsp;pakai masker,” kata lelaki ini tanpa beban. Saya hanya bisa geleng-geleng mendengar alasan Bejo. Saya juga semakin yakin masih banyak orang yang abai pada protokol pencegahan penyebaran Covid-19 di zona merah sekalipun. Miris ya, Millens?&nbsp;

Lebih terkejut lagi saat saya mengetahui mereka juga takut tertular Covid-19. Apalagi mereka berusia uzur sehingga rentan.&nbsp;

Khoiriyah yang saat itu menunggu bantuan di pinggir jalan dari pagi
hingga sore ini misalnya. Dirinya mengaku takut dengan virus corona. Apalagi tempat
tinggalnya nggak jauh dari RSUP Karyadi, salah satu rumah sakit rujukan corona
di Kota Semarang.

“Takut tapi lupa nggak bawa, semoga waras sehat terus,” aku
perempuan 67 tahun ini.

Kompak, Sulimah yang setiap hari&nbsp;ngetem bersama Khoiriyah pun demikian. Meski hari itu dia keluar tanpa masker, dia berharap agar selalu diberi kesehatan.

Jawaban serupa saya dapati dari Bejo. Dia yang enggan
memakai masker karena sumpek ini mengaku takut dengan corona karena menurutnya
ketakutan akan penyakit merupakan sifat alami manusia.

“Sama corona ya jelas takut, sifat alami manusia,”
tuturnya.

Dari hasil obrolan bersama ketiga orang tadi saya merasa bingung. He. Kamu jangan lupa pakai masker ketika keluar rumah ya,
Millens! (Zulfa Anisah/E05)

Inibaru.id -&nbsp;Terkadang, saya tak percaya masih ada orang yang enteng menanggapi bahaya corona. Orang-orang ini misalnya. Santai sekali mereka duduk-duduk di pinggir jalan, tanpa masker pula! Mereka berada di zona merah dan sudah seharusnya berhati-hati bukan? Hal ini membuat saya tergelitik untuk mencari tahu.

“Punya masker, kebetulan ini ketinggalan di rumah," aku
Khoiriyah. Hm, oke. Saya juga pernah lupa. Itu sangat manusiawi.&nbsp;

“Biasanya juga pakai,” timpal Sulimah yang duduk di samping Khoiriyah.

Orang-orang yang saya temui ini mengaku takut kena corona tapi kedapatan nggak pakai masker. Bagaimana ceritanya mereka nggak membekali diri dengan masker yang sangat krusial belakangan ini?&nbsp;

Ngaku Takut Corona tapi Nggak Pakai Masker, di Situ Saya Merasa Entah

Feni misalnya. Perempuan berperawakan gempal ini tampak
duduk bersama beberapa laki-laki di Jalan Jenderal Sudirman. Perempuan asal
Mangkang ini mengaku meninggalkan kedua anaknya di rumah bersama ibunya.

“Sejak Januari saya dirumahkan dari pekerjaan saya di toko
Karpet,” ujar perempuan 37 tahun ini

Malangnya, sang suami kini juga harus kehilangan pekerjaan
akibat pandemi. Pasangan ini sudah menggadaikan sepeda motor satu-satunya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membeli susu untuk buah hatinya. Kini tiadanya pemasukan bikin keduanya ngetem di
pinggir jalan menunggu derma dari siapapun yang lewat.

“Pengin kerja lagi, biar bisa beliin anak susu,” suaranya
terdengar bergetar.

Lanjut menyusuri jalan, saya bertemu Khoiriyah dan Sulimah
yang ngetem tak jauh dari RS Karyadi. Kedua lansia yang harusnya sudah berada
di rumah ini terpaksa “menjemput” bantuan ke jalanan karena mengaku tak punya pemasukan.

Khoiriyah yang mulanya bekerja sebagai asisten rumah tangga
mengaku kini tak setiap hari dipekerjakan. Praktis pendapatannya juga ikut
turun. Sementara Sulimah yang tadinya punya warung makan kecil kini harus tutup total. Keduanya menunggu bantuan di dekat tukang becak agar lebih mudah
terlihat oleh para dermawan

“Biasanya hari Jumat banyak yang ngasih, tapi ini baru baru
dapat satu,” Khoiriyah tampak hapal.

Selain mereka ada pula Bejo. Tukang becak yang mangkal di
jalan Pandanaran ini mengaku sudah tak pernah dapat penumpang sejak corona
memaksa orang agar tetap di rumah. Kondisi tersebut membuatnya untuk ikut menunggu
uluran tangan para dermawan.

“Nunggu orang ngasih sembako kita terima, karena nggak ada
pemasukan,” tutur lelaki asal Demak ini.

Dia yang mangkal dari sore hingga pagi hari pun kini mengaku
sering pulang dengan tangan kosong. Padahal dia yang setiap harinya menempuh
perjalanan dari Demak ke Semarang ini pastinya butuh ongkos.

“Rekam saja, Mbak ndak&nbsp;apa-apa. Biar orang-orang pada tahu,”
tutur lelaki yang sudah 47 tahun menjadi tukang becak ini.

Perjalanan sore hari itu membuat saya benar-benar patah hati
karena meninggalkan mereka dengan tangan kosong tanpa apapun untuk dibagi.
Buatmu yang memiliki rezeki berlebih, jangan lupa untuk selalu berbagi ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

Inibaru.id - Jumat (8/5) sore, sesaat setelah saya selesai
ngobrol dengan beberapa warga di dekat lapangan Garnisun, sebuah mobil putih tampak melambat dan akhirnya berhenti. Bersamaan dengan pemiliknya keluar dari
mobil, orang-orang yang berada di sekitar sana secara spontan mendekat.

Seseorang keluar dari mobil dan mengulurkan beberapa paket makanan siap
santap. Orang-orang terus berdatangan seperti tak ingin melewatkan kesempatan
ini.

Ya, pemandangan tersebut mungkin kini kerap kamu dapati. Sebabnya bukan cuma bulan ini merupakan Ramadan, tapi juga pandemi yang belum juga reda. Fenomena
masyarakat terdampak yang menunggu bantuan ini kini jadi pemandangan khas di
sepanjang jalanan di Kota Semarang.

Corona bikin orang nggak dapat penghasilan karena dirumahkan oleh majikan, tak dapat penumpang untuk diantarkan bahkan menutup usaha karena tak ada pembeli. Kondisi ini bikin masyarakat lapisan bawah mangkal di jalanan berharap uluran tangan para dermawan.