Inibaru.id – Desa Kajongan, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga punya sentra kerajinan sapu yang penjualannya sampai ke Negeri Sakura nih. Namanya Hamada. Sudah puluhan tahun lo masyarakat membuat sapu. Jadi kualitasnya nggak perlu diragukan lagi.
Sapu Hamada memiliki ciri khusus, Millens. Jika kebanyakan sapu tradisional terbuat dari ijuk atau gelagah, sapu Hamada terbuat dari batang gandum.
Berjarak hanya 4km dari pusat kota, akses ke Desa Kajongan gampang banget kok. Kalau kamu pas melintas di jalur Purbalingga-Bojongsari-Bobotsari, kamu bisa mampir ke Desa Kajongan.
Bahan Baku Melimpah
Bahan baku sapu Hamada.(worddirection.com)
Bahan baku sapu nggak terlalu sulit didapat. Tegal, Demak, Purwodadi, dan Semarang jadi daerah pemasok batang tanaman gandum dan ijuk. Sementara rumput gelagah dapat ditemukan tumbuh liar di kawasan hutan.
Jumlah pengrajin sapu di Desa Kajongan mencapai 37 pengrajin. Untuk menyesuaikan kapasitas produksi, pekerja dalam tiap pengrajin terdiri dari lima hingga puluhan orang. Dalam satu bulan mereka mampu memenuhi permintaan ekspor 1.000 hingga 2.000 sapu, bahkan bisa lebih
Ternyata sapu Hamada nggak diekspor langsung dari Purbalingga, harus dikirim ke pedagang besar kemudian diekspor ke Jepang. "Sapu hasil produksi saya juga dikirim Jepang melalui pedagang besar di Bandung dengan harga bervariasi antara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu per sapu," ungkap pengrajin sapu Hamada, Sunarta seperti ditulis jateng.antaranews.com, (23/3/2018).
Deretan kios kerajinan sapu dan produk lainnya desa Kajongan. (kajongan.desa.id)
Usaha desa yang dirintis sejak tahun 1969 ini mendapat dukungan dari pemerintah desa setempat. Contoh nyata yang dilakukan dengan menyediakan beberapa kios di tepi Jalan Raya Bojongsari agar para pengrajin dapat menjajakan produknya.
Gimana Millens? Tertarik bikin produk serupa? (MG13/E05)