Inibaru.id - Ignacio Anaya, maître d'hôtel atau kepala restoran di Piedras Negras, sebuah kota molek di tepi laut timur negara bagian Coahuila, Meksiko, menciptakan nachos pada 1940. Resep aslinya hanya terdiri atas tiga kondimen: keripik tortilla, keju, dan acar jalapeno.
Adán Medrano, koki sekaligus ahli “makanan perbatasan” Meksiko-Texas mengatakan, nachos adalah masakan Meksiko yang lahir di perbatasan. Namanya diambil dari julukan Ignacio Anaya; Di negara berbahasa Spanyol, orang yang bernama Ignacio akan selalu dipanggil Nacho.
Mengutip New York Times, nachos lahir tanpa sengaja tatkala ada sekelompok perempuan masuk ke Victory Club, Piedras Negras, di luar jam kerja. Para istri tentara yang ditempatkan di pangkalan militer di Eagle Pass, Texas, itu datang setelah berbelanja menyeberangi sungai Rio Grande, batas Meksiko-AS.
Kala itu, Ignacio Anaya yang merupakan kepala restoran Victory Club, sudah nggak memiliki juru masak di dapur. Dia pun ke dapur untuk membuat kudapan cepat saji dengan bahan-bahan yang ada, yakni totopos atau keripik tortilla jagung, keju Colby, dan irisan acar jalapenos, lalu mengovennya.

Menu itu disukai dan segera menjadi bagian penting di Victory Club, bahkan wilayah sekitarnya. Selanjutnya, Anaya pindah ke Eagle Pass dan membuka restoran bernama Nacho’s di sana.
Menurut Medrano, basis nachos yang dipakai Anaya adalah quesadillas, masakan rumahan atau comida casera cepat saji berupa tortilla isi keju. Bedanya, nachos dibuat renyah seukuran sekali gigit, lalu diberi topping keju Colby, keju berwarna orange dari Wisconsin.
Menu yang ‘Menyatukan’ Meksiko-AS
Perlu kamu tahu, Colby adalah jenis keju yang banyak digunakan di sekitar Piedras Negras selama Perang Dunia II, saat nachos diciptakan. Penyelenggara Festival Nacho di tepi Rio Grande Dr Adalberto Peña de los Santos mengatakan, kala itu baik Piedras maupun Texas tengah berada pada masa sulit.
“Di Piedras, kami menyebut Colby sebagai 'queso relief'. Keju itu disediakan pemerintah AS,” kata dia, dilansir dari New York Times. “Penerima keju biasanya akan berbagi, menjual, atau barter dengan kerabat di Meksiko.”

Colby, lanjutnya, cukup familiar bagi lidah orang Piedras. Pun demikian dengan masyarakat Amerika yang menjadikan keju yang telah diproduksi sejak 1885 itu sebagai bagian penting dalam khazanah kuliner AS.
“Ini menunjukkan betapa cairnya makanan dan budaya di wilayah tersebut, yang secara terus-menerus mengaburkan arti sebuah perbatasan,” simpul Santos.
Geopolitik yang membuat Meksiko dan AS berpisah di tepi sungai Rio Grande rupanya gagal membatasi kultur kuliner masyarakatnya. Lidah mereka telah mengecap rasa yang sama. Selama ribuan tahun mereka telah berbagi menu yang sama.
Maka, sebagaimana menu kuliner di Texas yang diadopsi di Piedras, cara serupa dari Piedras juga mengalami adaptasi di Texas. Mengutip kata Medrano: by Anglos to please Anglos! Nggak butuh waktu lama bagi nachos untuk bisa diterima di Texas dan menjadi menu wajib di restoran Tex-Mex.

Di restoran-restoran tersebut, nachos berkembang dengan kondimen lain seperti olahan daging giling, krim asam, saus salsa, pico de gallo, guacamole. Selain itu, menu ini juga muncul dengan variasi lain seperti nachos dengan carne asada, zaitun hitam, keju Cheddar, hingga kacang-kacangan.
Saat ini, nachos nggak hanya menjadi menu wajib di sekitar Rio Grande, tapi juga seluruh penjuru dunia. Bahkan, nggak sedikit makanan ringan yang dibuat dengan sensasi kudapan renyah bercita rasa asin-pedas tersebut.
Hm, kamu suka nachos juga, Millens? (Siti Khatijah/E07)