Inibaru.id - Meski Indonesia sudah merdeka pada 17 Agustus 1945 namun beberapa perlawanan masih gencar dilakukan kepada penjajah di setiap daerah. Sebab, Jepang masih menduduki sejumlah kota dan melakukan penindasan. Di Surabaya, misalnya, belum bisa bebas dari cengkraman penjajahan Inggris dan akhirnya menghasilkan sebuah perlawanan yang kelak dikenang sebagai perisitiwa 10 November.
Begitu pula di Semarang, Pertempuran 5 Hari merupakan salah satu tonggak, berdirinya Kota Semarang sampai saat ini. Tanpa peran para pejuang tersebut, entah bagaimana jadinya Semarang.
Salah seorang pemuda sedang mengomando rakyat untuk melawan. (Inibaru.id/ Audrian F)
Dilansir dari Historia.id, Pertempuran 5 Hari di Semarang dipicu dua penyebab. Beredarnya kabar tentara menembaki para pemuda membuat masyarakat berang. Ditambah lagi insiden penembakan yang dialami dr Kariadi saat akan memeriksa sumber air yang katanya diracun Jepang. Beberapa tahun kemudian nama dr Kariadi diabadikan menjadi nama rumah sakit.
Dua pemicu di atas cukup membuat darah para pemuda mendidih dan mencari cara membalas dendam. Mereka akhirnya menuju Penjara Bulu untuk menyasar tentara Jepang yang sedang ditahan. Melihat hal tersebut Mayor Kido naik pitam, dia langsung mengkomando pasukannya untuk menyerang pusat kota.
Serangan Mayor Kido dilawan masyarakat Kota Semarang sampai radius 10 km dari titik yang sampai saat ini disebut dengan monumen Tugu Muda. Simpang Lima pun menjadi saksi bagaimana perlawanan masyarakat kala itu.
Semangat para pejuang harus ditransfer kepada generasi masa kini. (Inibaru.id/ Audrian F)
Pertempuran tersebut berlangsung selama 5 hari dari 14 sampai 19 Oktober. Setelah Jepang takluk, Semarang akhirnya bebas. FYI, tiga tahun lamanya Semarang dikuasai Jepang.
Itulah adalah sejarah Pertempuran 5 Hari di Kota Semarang. Meski penjajah Jepang sudah kalah, tapi Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengingatkan masyarakat kalau sampai kapan pun perjuangan belum berakhir.
“Perjuangan masyarakat Kota Semarang untuk saat ini bukan lagi mengangkat senjata, tapi dengan mengatasi berbagai persolan di tengah masyarakat seperti kemiskinan, pengangguran, serta rob dan banjir. Oleh karenanya semangat yang hidup dalam jiwa para pejuang harus ditransfer kepada generasi saat ini,” ujar Hendi saat menghadiri peringatan Pertempuran 5 Hari, Senin (15/10) malam.
Semoga semangat perjuangan terus menjalar sampai generasi yang akan datang ya, Millens. (Audrian F/E05)