Inibaru.id - Jumanji (1995) yang tokoh utamanya diperankan oleh Robbin Williams adalah satu di antara banyak film yang cukup membekas di benak saya. Bahkan ketika waktu itu sering diputar di salah satu stasiun tv nasional, saya nggak pernah bosan menontonnya.
Tahun-tahun berselang, kemudian Hollywood membuat ulang film tersebut. Seperti biasanya, tentu film buatan ulang Hollywood akan mengalami peningkatan dari berbagai sisi, seperti efek Computer Generated Image (CGI) misalnya.
Nah, tahun ini tepatnya pada Rabu (4/12), Jumanji: The Next Level rilis. Waktunya mirip dengan sekuel sebelumnya yakni Jumanji: Welcome to The Jungle yang tayang di akhir tahun 2017. Hari pertama release saya sangat antusias menontonnya.
Sebagai film yang ditayangkan di penghujung tahun, saya rasa muatannya sesuai. Sebab sepanjang film kamu akan disuguhi humor beberapa tokohnya. Seisi bioskop terpancing untuk tertawa.
Candaan yang paling sering keluar berasal dari Dr. Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), Moose Finbar (Kevin Hart), dan Profesor Sheldon (Jack Black). Mereka meramunya dengan petualangan seru yang membuat saya betah duduk berlama-lama. Saya paling suka adegan saat mereka saling bekejaran dengan monyet di sebuah jurang.
Kemudian bagian yang ditonjolkan dan akan menjadi makna penting bagi penonton adalah solidaritas antartokoh. Yap, kamu nggak bisa menang kalau sendirian! Jumanji: The Next Level bermula karena Martha (Morgan Turner), Fridge (Ser'Darius Blain) dan Bethany (Madison Iseman) ingin menyelamatkan Spencer (Alex Wolff) yang kembali masuk ke dalam video game “Jumanji”. Setelah bertemu di dalam Jumanji, mereka pun menyelesaikan segala aral yang melintang dengan solid.
Selain itu solidaritas juga ditunjukkan duo orang tua yang secara nggak sengaja terseret ke Jumanji. Yaitu Eddie (Danny DeVito) sebagai kakek Spencer dan sahabatnya Milo (Danny Glover). Meskipun kerap bertikai namun dalam hati mereka saling melindungi. Saya sungguh terharu ketika Milo memutuskan untuk tetap tinggal di dalam Jumanji. Eddie tampak sedih, saya paham bagaimana rasanya berpisah dengan seorang kawan.
Di film Jumanji ini, baik yang ayang pada 2017 maupun sekarang, saya menyoroti penokohannya. Karakter avatar seperti Dr. Smolder Bravestone, Moose Finbar, dan Profesor Sheldon sangat piawai dalam menerjemahkan karakter di dunia nyata seperti Spencer, Martha, Fridge, dan Betani. Terutama Dwayne Johnson sebagai Dr. Smolder Bravestone. Aktingnya keren. Sejauh ini saya masih sangat mengidolakannya.
Meskipun begitu, saya kecewa dengan pemotongan adegannya. Oke, sebagaimana imbauan di awal tayangan, film ini mungkin untuk penonton 13 tahun ke atas. Namun pemotongan beberapa adegan pun kalau nggak dilakukan saya rasa itu nggak begitu mengganggu. Karena juga nggak ada adegan yang berunsur kekerasan, sadis, atau ‘syur’, semua masih dalam batas wajar. Lagipula memang film keluarga bukan?
Jumanji: The Next Level sesuai judulnya memang naik level dari berbagai sisi Entah itu dari segi petualangan, humor, maupun CGI-nya. Saya nggak tahu apakah tayangan post credit scene di penghujung film itu menunjukkan kalau film ini akan berlanjut. Ada yang mbayarin atau nggak, saya sih pengin nonton lagi kalau ada sekuel lanjutannya.
Gimana, Millens, kamu sudah nonton Jumanji? Film ini cocok banget untuk menemani kamu dalam menggulung kalender akhir tahun. (Audrian F/E05)