Menurut pengakuan pedagang Pasar Legi, ikan asin yang diperdagangkan berasal dari wilayah Jawa Timur. Pihaknya akan menindak tegas bila ada temuan lagi.

"Kami akan menempuh sanksi administratif dulu kepada pedagangnya," kata Dyah Aulia yang juga Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan Jateng) di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah, Rabu (4/9).&nbsp;

Dia menyebut, berdasar kajian hukum, produsen dan mereka yang memperjualbelikan pangan tidak aman, bisa dikenai pidana. Namun demikian, pihaknya terlebih dahulu akan memberikan teguran tertulis sehingga usaha pedagang di Pasar Legi tidak serta merta gulung tikar.&nbsp;

Hal lain yang akan dilakukan, imbuh Dyah, menggandeng Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk memastikan produksi formalin diawasi ketat. Selain itu, produsen formalin diharap menambahkan rasa pahit, agar memberikan ciri rasa getir jika disalahgunakan pada makanan.

Oleh karena itu, dia mengajak konsumen cerdas memilih, karena tidak semua ikan asin berpengawet kimia berbahaya. Ciri ikan berpengawet kimia adalah memiliki aroma menyengat, warna bersih, cerah, bertekstur keras dan alot. Ciri lain adalah tidak rusak jika disimpan lebih dari sebulan dengan suhu kamar dan tidak dihinggapi lalat.

"Sedangkan ikan yang tidak mengandung formalin cenderung mudah hancur, warna agak kusam dan rusak jika disimpan dalam satu bulan kurang dari satu bulan," paparnya.&nbsp;

Inspektur Pengawas Obat dan Makanan BBPOM di Semarang, Risad Setiadi mengatakan cemaran formalin pada makanan tidak dapat ditolerir. Sebab, dapat menyebabkan penyakit jika dikonsumsi.&nbsp;

"Jika dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kronis. Zat Formalin yang akan menumpuk bersifat karsinogenik (penyebab kanker)," jelas Risad.

Kanit IV Subdit I Ditreskrimsus Polda Jateng Komisaris Polisi Mochamad Zazid siap mendukung langkah JKPD Jateng. Sesuai peraturan yang berlaku, produsen atau pengedar (pedagang) makanan yang mengandung kimia berbahaya dapat dikenai sanksi pidana dan denda miliaran rupiah.&nbsp;

"Harapannya dengan sanksi administratif terlebih dahulu, jangan sampai mematikan usaha. Namun juga tidak membiarkan pelaku usaha yang menyalahgunakan dan tak bertanggung jawab. Kami dari Satgas Pangan siap mendukung dan berkolaborasi dengan dinas terkait," pungkas Zazid. (Danny Adriadhi Utama/E10)

Inibaru.id - Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD) Jawa Tengah menemukan hasil uji laboratorium sampel ikan asin dari Pasar Legi, Surakarta mengandung pengawet mayat (formaldehid). Dari 41 produk ikan asin, 54 persen di antaranya positif mengandung bahan formalin.&nbsp;

Ketua JKPD Jateng Dyah Lukisari, saat merilis hasil uji laboratorium sampel ikan asin dari Pasar Legi, Surakarta mengungkapkan, pasar tersebut dijadikan tempat kulakan pedagang pasar yang ada di wilayah Jawa Tengah. Di sana masih saja ditemukan ikan mengandung pengawet mayat (formaldehid), dengan kadar 3,80 mg/kg sampai 154,43 mg/kg, yang berpotensi memicu kanker.&nbsp;

Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD) Jawa Tengah tindak tegas para pedagang yang menjual ikan berformalin. Sebelum dikenai pidana, para pedagang teguran tertulis agar mereka tidak gulung tikar.

Ikan Berformalin di Pasar Legi Surakarta, Tim Dispanhan Bakal Tindak Pedagang

Nama Faisal Basri cukup terkenal di media sosial karena
kerap menyuarakan kritik keras pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dia juga kerap diundang ke berbagai acara baik itu di televisi ataupun diskusi off air untuk membahas kebijakan politik
dan ekonomi pemerintahan. Bisa dikatakan, Faisal cukup konsisten menyuarakan
kritikan, khususnya dalam hal utang negara yang terus meningkat dan program
hilirisasi yang nggak tepat sasaran.

Lahir dari keluarga yang punya privilege di dunia politik karena merupakan keponakan dari mantan
Wakil Presiden Adam Malik, Faisal mendapatkan gelar sarjana dari Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia pada 1985. Nggak puas jadi sarjana S1
Faisal melanjutkan pendidikannya di Vanderbilt University, Amerika Serikat dan
mendapatkan gelar Master of Arts di sektor ekonomi tiga tahun kemudian.

Prestasinya di bidang akademik yang nggak main-main membuatnya
didapuk jadi pengajar di Fakultas Ekonomi UI nggak lama kemudian. Dia juga diangkat
jadi Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas pada periode 1999-2003.

Bersama dengan sejumlah ekonom berpengaruh di Indonesia, Faisal
mendirikan INDEF pada 1995. Pada 2000, dia juga diminta masuk dalam Tim
Asistensi Ekuin Presiden RI yang kala itu dijabat Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Pada 2011, Faisal Basri sempat maju dalam Pilkada DKI dengan
menggandeng Biem Benyamin, putra dari seniman Benyamin Sueb lewat jalur
independen. Sayangnya, dia hanya mendapatkan 215.935 suara alias nggak sampai 5
persen suara dan kalah di putaran pertama. Yang kemudian jadi Gubernur DKI kala
itu adalah Jokowi yang berpasangan dengan Ahok.

Tatkala Presiden Joko Widodo mulai menjabat sebagai presiden
pada 2014, Faisal dilibatkan sebagai Ketua tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan
Gas Bumi (Migas) yang ditunjuk oleh Menteri ESDM Sudirman Said. Selama enam
bulan melakukan kajian di sektor migas Tanah Air, tim tersebut mampu menemukan
mafia migas di anak perusahaan Pertamina, Petral dan memberikan sejumlah
rekomendasi. Dari rekomendasi itulah, Petral kemudian dibubarkan.

Rekam jejak Faisal Basri yang terus berpegang teguh pada
nilai-nilai kejujuran membuatnya cukup disegani hingga sekarang.
Kritik-kritiknya terhadap berbagai kebijakan pemerintah juga nggak asal cuap
karena selalu berasal dari data-data yang jelas dan kerap dia jabarkan dalam
diskusi atau akun media sosialnya. Indonesia telah kehilangan salah satu putra
terbaiknya. (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Indonesia
berduka, ekonom terkemuka Faisal Basri meninggal dunia pada hari ini, Kamis
(5/9/2024) pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta. Menurut keterangan, ekonomi senior dari Institute for Development of Economic &amp; Finance (INDEF)
Dradjad Wibowo, Faisal menderita serangan jantung sebelum tutup usia di usia 65
tahun.

Ekonom INDEF lainyna, Eko Listyanto mengonformasi Faisal
sudah sakit sejak Senin, (2/9) lalu.

“Sudah saya konfirmasi ke anak. Katanya beliau sakit sejak
Senin,” ucap Eko sebagaimana dinukil dari Cnnindonesia,
Kamis (5/9).

Ekonom senior Faisal Basri berpulang pada usia 65 tahun hari ini, Kamis (5/9/2024). Dia dikabarkan menghembuskan napas terakhir usai menderita penyakit jantung.

Jejak-Jejak Kejujuran Faisal Basri

Masalahnya, beberapa server yang secara resmi menjual e-materai mengalami gangguan dan stok kosong. Akibat kejadian ini akun Instagram resmi Peruri, lembaga yang mengeluarkan e-materai, dibanjiri komentar pertanyaan dari pendaftar CPNS.

Seperti yang kita tahu, materai adalah&nbsp;bukti pembayaran suatu pajak kepada negara atas pembuatan suatu dokumen atau berkas. Materai memiliki kekuatan hukum dan sering digunakan dalam berbagai hal demi meningkatkan keabsahan suatu pernyataan.

Lalu, apa itu e-materai?&nbsp;E-materai adalah versi digital dari materai kertas yang secara resmi diakui oleh pemerintah. E-materai dirancang untuk menggantikan materai fisik dan menggiring transaksi hukum ke arah yang lebih efisien dan efektif. Dalam bentuk elektronik, materai ini dapat diterapkan pada dokumen elektronik, kontrak, dan transaksi online lainnya.

E-materai berfungsi dengan memanfaatkan teknologi kriptografi dan tanda tangan digital. Ketika sebuah dokumen atau kontrak disematkan dengan e-materai, informasi tentang transaksi tersebut disandikan dalam bentuk digital yang aman dan terenkripsi. Proses ini memberi kepastian hukum pada transaksi, mengurangi risiko pemalsuan, dan memudahkan proses validasi dokumen oleh pihak-pihak yang terlibat.

Selain sebagai komponen pelengkap tapi penting dalam pedaftaran CPNS, e-materai juga telah digunakan di berbagai sektor, termasuk industri keuangan, real estat, dan sektor publik. Industri keuangan, bank dan lembaga keuangan lainnya&nbsp; juga menggunakan E-materai untuk mengamankan transaksi kredit dan dokumen kontrak. Di industri real estat, agen dan perusahaan pengembang, e-materai digunakan untuk menyederhanakan proses pembelian, penjualan, dan sewa properti.

Nah, dilihat dari banyaknya manfaat, sebenarnya keberadaan e-materai ini sangat menguntungkannya ya, Millens? Tapi, tampaknya sistem dan penyedia masih kewalahan dengan permintaan e-materai yang membeludak seperti pada saat ini. Semoga Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) bisa segera menangani masalah ini sehingga proses pendaftaran CPNS bisa berjalan lancar!&nbsp;(Siti Khatijah/E07)

Inibaru.id - Besok, 6 September 2024 adalah penutupan pendaftaran CPNS 2024. Tapi, banyak calon pendaftar yang merasa geram karena mengalami kendala dalam proses pendaftaran. Beberapa masalah yang dihadapi adalah situs pendaftaran CASN yang mengalami gangguan serta stok e-materai yang kosong di berbagai laman resminya.&nbsp;

Khusus untuk e-materai, ini menjadi permasalahan baru pada pendaftaran CPNS tahun ini. Sebab, pada masa sebelumnya, materai bisa dibeli secara fisik di berbagai tempat seperti toko buku atau minimarket terdekat. Sedangkan tahun ini, materai sebagai bukti sah sebuah dokumen diminta dalam bentuk dokumen, yang disebut e-materai.

Untuk bisa mendaftar CPNS, orang harus membubuhkan e-materai pada formulir daring. Sayangnya, e-materai kosong di beberapa server penyedia. Apa sih sebenarnya e-materai itu?

Apa Itu E-Materai yang Belakangan Bikin Geram Para Pendaftar CPNS?

“Pak Tee tergabung dalam Komando Muria atau Macan Putih di bawah kepemimpinan Mayor Kusmanto yang saat itu bermarkas di lereng Muria, tepatnya Desa Glagah Kulon (Kecamatan Dawe, Kudus),” kata Edy dalam diskusi yang bertempat di Pendopo Rumah Dinas Wakil Bupati Kudus tersebut.

Pak Tee, lanjutnya, adalah putra dari Tee Tjoe Hiang; kelahiran 31 Agustus 1926. Lebih jauh lagi, sosok yang juga dikenal sebagai budayawan Kudus itu merupakan keturunan dari Tee Liang Sing (dalam sejumlah literatur dituliskan The Ling Sing).

"Tee Liang Sing adalah sosok penting dalam sejarah Kudus yang hidup pada abad ke-16; yang
dipecaya sebagai guru dari Sunan Kudus," terangnya.

Sedikit informasi, Sunan Kudus adalah ulama cum panglima perang Kesultanan Demak yang juga dikenal sebagai anggota dewan Wali Songo. Semasa hidupnya, ulama bernama asli Ja'far Ash-Shadiq ini diyakini memiliki guru sekaligus kawan sejawat bernama Kiai Telingsing atau Tee Liang Sing.

Dalam diskusi yang berlangsung santai tersebut Edy menyebutkan, ketertarikan Tee Siong Liang pada fotografilah yang membuatnya menekuni profesi di bidang jurnalistik. Semasa muda, dia dikenal sebagai jurnalis lepas di kantor berita Antara.

"Saat agresi militer Belanda memasuki Kudus, banyak pejuang yang melarikan diri ke Pegunungan Muria. Nah, salah satu jasa Pak Tee kala itu adalah mengantarkan bantuan dari Cung Hwa Tiong Hwe (CHTH) Kudus untuk para pejuang di (pusat komando) Glagah Kulon," terangnya.

CHTH, imbuh Edy, adalah organisasi pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah yang waktu itu diperuntukkan bagi orang Tionghoa yang masih berkebangsaan Tiongkok. Organisasi ini berlokasi di pusat kota, yang kini dikenal sebagai Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Kota, Kudus.

"Selain itu, Pak Tee juga bergabung dengan pasukan militer dalam penyerangan pos Belanda di Dawe dan pencegatan di Dukuhwaringin," papar sejarawan peraih gelar doktor dari FIB UGM Yogyakarta itu. “Terus, begitu pertempuran mereda, Pak Tee pun segera mewartakan peristiwa itu untuk Antara.”

Pasca-perang, Edy bercerita, Pak Tee yang kemudian dikenal sebagai jurnalis perang memilih kembali pada passion&nbsp;awalnya, yakni fotografi, dan tinggal di Wergu Kulon, Kecamatan Kota, Kudus, hingga akhir hayatnya. Pak Tee tutup usia pada umur 76 tahun.

"Sepeninggal Pak Tee, keluarga mendiang dapat surat dari Angkatan 45 Dewan Harian Cabang Kudus, berupa wasiat agar makam tempat abu Pak Tee diberi bambu runcing dan bendera Merah-Putih," tutupnya.

Hingga kini, di makam Pak Tee di Kudus yang berlokasi di Kompleks Permakaman Desa Dersalam, Kecamatan Bae, masih tertancap bambu runcing dengan bendera Merah-Putih yang menjadi penanda, dialah jurnalis perang cum pahlawan dalam perjuangan melawan agresi militer Belanda di Pegunungan Muria.&nbsp;(Imam Khanafi/E03)

Inibaru.id - Peperangan sengit melawan agresi militer Belanda di sekitar Pegunungan Muria pada masa penjajahan memunculkan satu nama yang hingga kini masih dikenal luas masyarakat, yakni Tedjo Sulyanto, jurnalis keturunan Tionghoa yang lebih akrab disebut Pak Tee.

Sejarawan Kudus Edy Supratno mengatakan, nama asli Tedjo alias Pak Tee adalah Tee Siong Liang. Hal itu diungkapkannya dalam diskusi bertema Para Pahlawan Kota Kretek&nbsp;di Kudus, akhir Agustus lalu. Dalam pemaparannya, Pak Tee disebut-sebut sebagai bagian dari Komando Muria.

Dalam peperangan melawan agresi militer Belanda di Pegunungan Muria, nama jurnalis perang Tee Song Liang terus dikenang. Siapakah dia?

Jurnalis Perang Tee Song Liang dan Agresi Militer Belanda di Muria

Tapi, jangan kira film ini mengandung cerita atau plot yang
berat, ya, Millens. Sejumlah pengulas
film justru menyebut film ini cukup pandai mengemas banyak isu-isu sosial dan
kesetaraan geder dengan sederhana dan disertai dengan komedi ringan. Bahkan,
saking entengnya, sejumlah akun movie
reviewer sampai menyebut film ini sebagai angin segar bagi dunia perfilman
Tanah Air.

“SENI MEMAHAMI KEKASIH
is such a breath of fresh air. Plotnya sederhana. Tentang yang muda, yang
miskin, yang bercinta. Tapi, cara bertuturnya di film ini baik sekali. Nggak
perlu waktu lama buat penonton untuk ikut larut dalam ceritanya,” tulis akun
X @CenayangFilm pada Kamis (5/9).

Hal serupa juga diungkap akun pengulas film lainnya,
@WatchmenID. Menurutnya film ini sangatlah menghibur.

“Judul filmnya kaya
judul drama berat. Tapi cerita filmnya sangat ringan, lucu, sederhana, tapi
super menghibur. Saking biasanya kisah cinta mereka, cerita ini jadi sukses
luar biasa bikin kesan ke penontonnya,” tulis akun tersebut.

Selain ceritanya yang cenderung segar, banyak yang memuji
akting Elang El Gibran yang memerankan Agus dan Febby Rastanty yang memerankan
Kalis di film ini.&nbsp; Akting pemeran-pemeran
lain seperti Devina Aureel, Sisca Saras, Desy Genoveva, Benecdictus Siregar,
dan Yusril Fahriza juga nggak kalah ciamik. Ada juga bonus cameo dari Agus dan
Kalis yang cukup nggak terduga lo di film ini.

Nah, buat kamu yang pengin hiburan segar dan santai,
sekaligus menikmati pemandangan urban khas Jogja yang biasanya sukses bikin
kangen mereka yang pernah kuliah atau kerja di sana, bisa lo menonton film ini
di bioskop terdekat dari tempat tinggalmu. (Arie
Widodo/E10)

Inibaru.id – Bagi
yang sudah aktif di dunia blogging
pada awal dekade 2010-an, pasti tahu betul tentang sepak terjang Agus Magelangan
yang aktif menulis blog-nya di loteng
rumahnya yang sederhana. Siapa sangka, salah satu kisah hidupnya kini diangkat
jadi film dengan judul ‘Seni Memahami Kekasih" yang mulai tayang pada Kamis
(5/9/2024) ini.

Laki-laki yang pernah dikenal karena mampu mengedit
foto-fotonya agar terlihat berada dalam satu frame dengan tokoh-tokoh terkemuka ini juga diketahui sudah merilis
sejumlah buku. Nah, salah satunya adalah ‘Seni Memahami Kekasih’ yang kemudian
jadi judul film tersebut.

Menariknya, meski temanya diambil dari buku yang ditulis
Agua, film ini justru mengambil cukup banyak sudut pandang kehidupan dan dunia
percintaan dari istrinya, Kalis Mardiasih yang dia nikahi pada 2019 lalu. Nah,
karena Kalis dikenal sebagai pejuang feminisme yang cukup terkenal di media
sosial, tentu banyak pesan-pesan terkait dengan kesetaraan gender yang ada di
film ini.

Mulai tayang pada hari ini, Kamis (5/9/2024), film 'Seni Memahami Kekasih' membawa banyak humor segar yang ringan sehingga cocok untuk dinikmati siapa saja.

Kisah Cinta Sederhana yang Dikemas Manis dalam 'Seni Memahami Kekasih'

Distributor
JAPHD Office, Petrus mengungkapkan alasan diadakannya acara ini. Menurutnya
film indi di Kota Semarang sedang berkembang pesat. Hal itu dibuktikan dengan
jumlah produksi film pendek. Jumlah penontonnya pun meningkat.

“Ada
acara ini juga agar masyarakat, khususnya di
Semarang, menonton film pendek sebagai pilihan tontonan alternatif,” ujarnya
pada Rabu (27/1/2021).

Ada 3 film yang ditayangkan,
yakni berjudul Berlabuh, The Secret Club
Of Sinners,&nbsp;dan Terciduk. Dua judul
pertama merupakan bikinan Haris Yuliyanto dan yang terakhir milik Alan
Dharmasaputra Wijaya.

Pemutaran pertama adalah Berlabuh. Film ini menceritakan tentang kisah
hidup seorang awak kapal. Isinya tentang bagaimana mereka menjalani kehidupan, suka-duka, dan perjuangan untuk membahagiakan orang tua.

Berlabuh berhasil
masuk dalam Official Selection&nbsp; Indonesia
Film Splash di JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL 2020 (JAFF 2020). Film ini bisa
dibilang dekat dengan kehidupan Haris Yulianto yang punya bapak seorang pelaut.

“Itulah yang mendasari saya untuk
membuat film ini,” ungkap Haris.&nbsp;

Film kedua yakni The Secret Club Of Sinners, bercerita tentang seorang warga
rusunawa yang sedang kesulitan ekonomi karena terdampak pandemi. Dia berusaha survive namun cara yang ditempuh kurang
sportif. Ditampilkan juga fragmen-fragmen yang menandakan kalau masyarakat
Indonesia kelas terkecil pun rentan melakukan korupsi.

Nah,
dari sedikit ringkasan cerita tadi, film ini masuk ke dalam 10 Besar Kompetisi Ide Cerita dalam Anti Corruption Film
Festival 2020. Film ini memotret praktik korupsi yang terpaksa dilakukan oleh
masyarakat kelas bawah sebagai kritik atas kerja pemerintah.

Sementara
untuk film terakhir yakni Terciduk merupakan
partisipan pada ajang yang sama dengan The Secret Club Of Sinners. Bedanya film ini menggunakan konsep animasi dan masuk ke
dalam BEST ACFEST MOVIE AWARD kategori Animasi.

Alan Dharmasaputra Wijaya
menuturkan jika membuat film animasi nggak mudah. Lebih membutuhkan proses yang
lama sekalipun idenya sederhana. Film ini bercerita tentang sekelompok penjahat
dengan berbagai karakter hendak merampok sebuah kantor. 

Alan kemudian juga menjelaskan pembuatan
film ini. Dia memulai dengan membuat sketsa yang menyesuaikan naskah cerita.
Lalu dengan menggunakan berbagai aplikasi untuk menggerakkan sketsa.

Selain karena sudah terbiasa dan
background saya adalah ilustrator, jadi lebih menarik buat saya untuk
mengeksplore di bidang animasi,” jelas Alan. Karya Alan ini dinilai juga membuat dunia perfilman Kota
Semarang menjadi lebih variatif.

Terselenggaranya acara ini
menjadi awal yang baik untuk pertumbuhan dunia perfilman independen di Kota
Semarang serta membangun ekosistem perfilman yang ideal. Menutup diskusi Haris
Yulianto memanjatkan harapan agar temperatur
perfilman Semarang terus hangat.

“Semoga acara ini dapat
membangkitkan semangat para pembuat film independen yang ada di Kota Semarang”,
pungkasnya.

Semoga harapan Haris terwujud ya, Millens. Buat kamu yang gabut mau ngapain, nonton film pendek saja! (Audrian F/E05)

Inibaru.id - Para penggila dan pegiat
film mungkin nggak akan nyangka jika kegiatannya dalam berkolektif bakal berpindah
platform lewat zoom. Hal itu mungkin seperti yang terlihat pada acara screening
film yang bertajuk “Julat Film Indie Indonesia di Kota Semarang”.

Acara
yang diselenggarakan oleh Praya.id ini bekerja sama dengan JAHPD Office sebagai
rumah produksi film yang berbasis di Semarang. Nggak ada layar atau dinding
putih sebagai penampil film seperti acara-acara nobar sebelumnya. Yang ada
hanya suara moderator, film pilihan yang sesekali diputar,&nbsp;dan seliweran pertanyaan di kolom chat muncul. Seperti itulah gambaran acara ini.&nbsp;

Film-film yang diputar itu merupakan bikinan anak Semarang yang mendapat prestasi
di beberapa ajang. Acara ini juga terlaksana berkat Sinecovi sebagai kelompok
yang fokus pada bidang ekshibis dan apresiasi film di Kota Semarang.

Pandemi memang membatasi banyak hal termasuk kegiatan kolektif para pencinta film. Maka dari itu, mau nggak mau mereka bikin acara lewat daring. Akhirnya terciptalah acara nobar dan diskusi film via zoom yang bertajuk “Julat Film Indie Indonesia di Kota Semarang”.

Pandemi, Pembuat Film Indie Semarang Pamer Karya Lewat Zoom

Hal itulah yang kala itu dilakukan oleh Imam. Berbekal
beberapa pulpen dengan warna primer, dirinya mulai menyusun titik-titik di atas
karton dengan teliti. Nggak terhitung berapa ratus ribu titik yang sudah dia
bubuhkan hingga saya bisa melihat dengan jelas sebuah gambar bunga yang cantik.

Menyaksikannya menggambar nggak ubahnya melihat sebuah
pertunjukan seni. Lebih memuaskan dibanding melihatnya dari video instagram.
Imam mengaku sudah sekitar lima tahun menekuni seni pointilis. Sebelumnya
dirinya juga telah mencoba berbagai teknik menggambar.

Baginya, pointilis merupakan seni yang berguna untuk
mengasah kesabaran. Hal ini agaknya benar karena untuk menyusun ribuan bahkan
jutaan titik menjadi suatu objek tentu butuh ketelitian serta waktu yang nggak
sebentar.

“Teknik melukis sket itu sudah biasa menurutku, pointilis
ini bagiku bisa melatih kesabaran,” tutur lelaki 29 tahun ini.

Dia membutuhkan empat hingga lima jam untuk
menggambar sebuah objek pada kertas berukuran A4. Itu pun jika moodnya sedang
bagus. Sedangkan sebuah gambar di atas kertas karton butuh waktu pengerjaan
yang lebih lama hingga satu bulan.

Imam juga menambahkan bahwa dimensi juga mempengaruhi
lamanya pengerjaan.

“5 jam bisa jadi, tapi (motifnya) kabur, kalau 3 dimensi
muter bisa 5 hari,” terang lelaki berambut gondrong ini.

Biar makin keren, Imam menambahkan warna dan finishing. Itu artinya butuh ekstra waktu lagi. Hal ini
menurutnya bisa membuat gambar punya tampilan 3D dan punya kekayaan warna.

Karena kerumitannya, satu buah gambar pointilis berukuran A4
bisa minimal dihargai Rp 300 ribu olehnya. Sedangkan untuk ukuran yang lebih
besar bisa jutaan hingga belasan juta tergantung aplikasi. Tertarik meminang?
He

Kalau kamu sendiri tertarik belajar pointilis atau beli
karya jadi saja, Millens? (Zulfa Anisah/E05)

Inibaru.id – Dari sekian banyak seni rupa, pointilis adalah satu
yang asing buat saya hingga saya bertemu Imam Sahudi. Dalam selembar karton
besar, lelaki yang akrab dipanggil Imam ini ini tampak khusyuk. Meski belum
sempurna, saya bisa melihat motif bunga di sana. Bukannya menggores namun, imam
tampak membuat gambar dengan cara menitikkan ujung pena ke media gambar.

Seperti namanya, pointilis merupakan teknik menggambar yang
menitikberatkan pada penggunaan titik kecil atau sapuan kuas untuk membentuk
suatu gambar. Titik-titik ini disusun sedemikian rupa sehingga menampilkan suatu
objek yang tampak nyata.

Dibanding seni yang lain, pointilis membutuhkan waktu yang nggak sebentar untuk diselesaikan. Cocok deh buat kamu yang latihan sabar. Yuk, kulik lebih lanjut!

Pointilis, Seni Merangkai Titik yang Melatih Kesabaran

Kecintaanya terhadap musik berlanjut saat Hoegeng melanjutkan
studi di Yogyakarta dan kembali membentuk grup musik. Dari penampilannya di
Societet yang tak jauh dari Keraton Yogyakarta, dirinya memperoleh honor
sebesar 25 gulden.

Kariernya di kepolisian rupanya nggak juga menghentikannya menyelami
dunia musik. Grupnya, The Hawaiian Senior, membuat namanya semakin masyhur.

Kecintaannya
pada musik pulalah yang membawanya pada pengalaman nggak terduga, termasuk saat bertemu
Merry Roeslani di Radio ALDO (Angkatan Laut, Darat danOedara), tempatnya mengisi
suara sandiwara. Keduanya berpasangan dalam memerankan sandiwara radio&nbsp;Saidjah dan Adinda.&nbsp;Hubungan
mereka berlanjut, dan berujung di pelaminan pada 31 Oktober 1946.

Musikalitas Hoegeng ini kemudian menghadirkan pelbagai diskusi dengan banyak orang. Sayang, acara musik
yang digagas Hoegeng sempat dihentikan semasa Orde Baru berkuasa karena dianggap
nggak mencerminkan musik asli Indonesia.

Hoegeng sempat mempertanyakan musik pop atau dangdut yang
juga nggak asli dari Indoesia, tapi dia nggak pernah puas dengan jawaban yang diberikan.

"Dikira kalau saya nongol dan menyanyi di televisi, saya
bisa memengaruhi orang-orang, sering heran kok sampai sekarang saya masih
hidup," kata Hoegeng, seperti tertulis dalam narasi singkat soal sosok sang jenderal yang dirilis Kata Pahlawan, dikutip dari Medcom.id (10/3/2017). "Buat saya, ini larangan yang menggelikan."

Lewat TVRI, dia menyebarluaskan musik Hawaiian yang
disebutnya sebagai "musik lautan teduh". Nggak berhenti pada The Hawaiian Seniors, Hoegeng juga sempat mendirikan Yayasan Musik Indonesia yang turut melahirkan bintang-bintang
berkelas dunia pada era 1980-an. 

Hoegeng akhirnya tutup usia pada 14 Juli 2004, tepat 16 tahun silam. Jadi, nggak hanya dikenal sebagai polisi jujur, sosok kelahiran Pekalongan, 14 Oktober 1921 rupanya punya andil di belantika musik Tanah Air, Millens!&nbsp;(Med/IB27/E03)

Inibaru.id - Akibat guyonan Gus Dur yang baru-baru ini
viral, publik kini ramai membicarakan tentang Jenderal Hoegoeng. Tapi siapa sih
Jenderal Hoegeng?&nbsp; Jenderal Polisi (purn)
Hoegeng Imam Santoso merupakan sosok legendaris yang menjabat sebagai Kapolri
pada 1968-1971.

Berkat sosoknya yang jujur, tegas, bersahaja, dan
antikorupsi, Hoegeng dikenal sebagai sosok legendaris dalam sejarah Indonesia.
Namun, siapa sangka, dirinya nggak cuma berjasa terhadap institusi kepolisian, tapi juga berkontribusi di dunia musik. 

Sang jenderal ini dikenal aktif bermusik sejak muda. Ihwal kesukaan itu mulai terlihat ketika dia membentuk grup musik Herrie Trappers saat duduk di bangku MULO (setingkat SMP). Dengan "band" bergenre Hawaiian itu, Hoegeng muda tampil di Societet Delectatio di
Pekalongan, Jawa Tengah.

Meski dikenal sebagai purnawirwarwan Polisi, Hoegeng juga layak dikenal sebagai musikus. Kecintaannya terhadap musik diawali saat dirinya masih belia. Lalu bagaimana perjalanan Hoegeng hingga bisa mendirikan Yayasan Musik Indonesia?

Sisi Lain Polisi Hoegeng, Menggemari 'Musik Lautan Teduh' Sejak SMP

Sedangkan
Photograpy contest dapat diikuti oleh siswa SMP dengan tema Scince Behind Food
yang menunjukkan fenomena sains di balik apa yang ada di sekitar
kehidupan manusia sehari-hari. Uniknya, untuk lomba satu ini peserta nggak
perlu keluar rumah karena objek diambil dari makanan atau minuman yang tersedia
di rumah. Pengambilan gambarnya pun menggunakan kamera ponsel lo.

Kedua kontes tersebut bakal dinilai oleh para juri dari berbagai
universitas ternama dan lembaga berdasarkan kesesuaian tema, keunikan ide, dan lain-lain. Untuk pendaftaran, kamu
bisa mengakses https://bit.ly/doodleartjsc.

Selain untuk mengisi kegiatan anak selama belajar di rumah,
kegiatan ini juga merupakan usaha JSC dan PP IPTEK untuk tetap hadir di masyarakat
meski di tengah pandemi. Hal ini seperti apa yang disampaikan oleh project officer JSC, Nikolas
Darmawan dalam sosialisasi dan publikasi doodle
science art and photography contest secara daring pada Selasa (30/6).

“Dalam tiga bulan ini tidak dikunjungi oleh mereka, maka
kami hadir untuk mereka dengan kegiatan daring ini melalui agenda doodle dan
fotografi,” ujar Niko.

Menurutnya, kontes ini juga bertujuan untuk mengisi kegiatan
siswa selama di rumah agar terhindar dari kebosanan. 

Di sisi lain, Syachrial Annas Direktur PP IPTEK mengatakan bahwa JSC menjadi salah
satu science center yang bersedia menjadi penyelenggara kontes ini di tingkat
regional. Selanjutnya kontes ini bakal berjenjang ke tingkat nasional hingga internasional.

Menurut Syachrial, bergabungnya JSC ini juga merupakan salah
satu usaha untuk memopulerkan science center kepada masyarakat. Dia berharap
kontes ini juga sebagai salah satu kontribusi JSC dalam upaya mendukung
pembelajaran daring selama pandemi.

“Harapannya keberadaan science center benar-benar ada manfaat
untuk masyarakat. Meski ada pandemi, science center tidak akan berhenti
berkarya,” ungkap Syachrial.

6 - 13 Juli
2020 Pendaftaran di google form https://bit.ly/doodleartjsc

14 - 16 Juli 2020 Mengunggah gambar dan video

Semoga menang ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

Inibaru.id – Agar
tetap hadir dan memberi manfaat untuk masyarakat di tengah pandemi, Jawa Tengah
Science Center (JCC) menggelar Doodle Art Science Contest dan
Photography Contest bagi
pelajar se-Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama
antara JSC dengan &nbsp;Pusat Peragaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (PP IPTEK).

Doodle
Art Science Contest Me vs Covid yang dapat diikuti oleh
siswa kelas 4-6 SD bersama orang tuanya. Tema ini bertujuan untuk menanggapi
situasi pandemi Coronavirus Disease
(Covid-19) melalui gambar doodle. Dalam
hal ini, orang tua peserta bertugas mendampingi, mengarahkan dan
mendokumentasikan sehingga akan tercipta kebersamaan antara keduanya.

Jawa Tengah Science Center bekerja sama dengan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP IPTEK) menggelar&nbsp;Doodle Art Science Contest&nbsp;dan&nbsp;Photography Contestbagi pelajar SD danSMP. Selain untuk mengisi kegiatan selama siswa belajar di rumah, kontes ini juga bertujuan untuk mempopulerkan science center Jawa Tengah.&nbsp;&nbsp;

Jawa Tengah Science Center Gelar Lomba Doodle dan Fotografi, Cek Jadwalnya

Meski telah memiliki tiga lagu lain, El merasa lagunya kali ini berbeda. Nggak segan, pemenang
Miss World Muslimah 2014 tersebut memberikan bocoran kepada Inibaru.id. Berbeda dengan
tema-tema lagu selawat yang sebelumnya, lagu ini berisi motivasi dan
pesan-pesan positif agar pendengarnya nggak mudah putus asa. Hm, cocok banget kan dengan situasi sekarang ini?

“Lagu ini lebih ke motivasi, harus semangat berkarya dan
mengejar mimpi. Berdoa dan berusaha melalui karya. Biar Allah yang
memberikan hasilnya,” tutur perempuan yang juga mahir bermain gitar ini.

Proses pembuatan video klip lagu "Karya dan Doa"
dilakukan tanpa bertemu secara langsung. Jadi, dia dan anggota Sabyan merekamnya dari rumah masing-masing.

“Syutingnya di rumah aja. Konsepnya berkarya masing-masing
di rumah karena kita nggak bisa syuting bareng di studio,” ungkapnya.

Selain bernyanyi, El juga seorang pencipta lagu. Hampir semua lagu-lagunya hasil ciptaannya sendiri. Perempuan berjilbab ini juga pintar bermain gitar dan keyboard, lo. Di awal debutnya, dia muncul bersama Sabyan
dan Debu sebagai gitaris. Kini, dirinya mengaku pengin fokus
di dunia tarik suara.

“Dulu mainnya gitar. Tapi
basicly aku singer, musikus tapi bisa main gitar,” seloroh El.

Kalau penasaran dengan karya-karyanya, kamu bisa "jalan-jalan" ke kanal Youtube El Alice. Sebagai musikus, dia berharap masyarakat Indonesia terhibur dan selalu mendukung karya milenial
khususnya selawat.

Eits, jangan lupa aktifkan pengingat buat nonton premier video klip "Doa dan Karya" Sabyan feat El Alice hari ini pukul 5 sore di kanal youtube El Alice ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

Inibaru.id - Pandemi
memang seharusnya nggak bikin siapa pun berhenti berkarya. Ini juga yang mengilhami
El Alice merilis video musik terbarunya yang
berjudul "Doa dan Karya" pada Jumat (12/6) pukul 17.00 WIB nanti. Lagu ini merupakan karya Sabyan yang telah dirilis Maret 2020 lalu, Millens.

Dalam kesempatan kali ini, El akan menyanyikannya bersama Sabyan. Seru kan? Yang istimewa, Sabyan dan El akan menyanyikannya dalam versi yang berbeda.

“Video ini memang original song milik Sabyan tapi
featuring aku, sekarang kami bawakan versi akustiknya,” ungkapnya via telepon, Jumat (12/6).

Musikus selawat El Alice akan merilis video klip terbarunya "Doa dan Karya" lewat saluran Youtube-nya. Video klip yang diproduksi bersama Sabyan di tengah pandemi ini jadi bukti bahwa nggak jadi halangan untuk berkarya.

Stay Tuned, 'Doa dan Karya' Sabyan featuring El Alice Rilis Hari Ini!

Film besutan Asep Kusnidar yang diangkat dari novel karya Tisa Ts ini menceritakan tentang kisah seorang gadis bernama Aletta yang akan dinikahi pasanganya,
Arga. Dalam cerita Arga berjanji akan menyusul Alleta ke Jakarta, tapi dia nggak kunjung menepati janjinya.

Mulai bisa ditonton di Netflix pada 4 Juni, film ini dibintangi sejumlah pemain terkenal di Indonesia, di antaranya Michelle Ziudith, Rizky Nazar, Derby Romero, dan Tanta Ginting.

Kisah romantis juga bisa kamu
saksikan melalui tiga seri film London Love Story. Mulai tayang&nbsp;pada 4 Juni (London Love Story 1), film ini dibintangi Dimas Anggara dan Michelle Ziudit.

Sementara, untuk sekuelnya,&nbsp;London Love Story 2&nbsp;yang masih mengisahkan perjalanan cinta Dave dan Caramel yang berliku tersebut bakal tayang hari ini,&nbsp;11 Juni. Sedangkan untuk seri ketiga,&nbsp;London Love Story 3&nbsp;akan tayang pada 18 Juni mendatang.&nbsp;

Banyak ditunggu penonton, One Fine day adalah film yang berkisah tentang
pertemuan nggak terduga antara Mahesa dan Alana di Barcelona. Semakin hari, hubungan mereka pun semakin dekat. Namun akhirnya hubungan mereka diketahui
oleh kekasih Alana.

Film ini menceritakan kisah
perjalanan cinta Alana untuk menentukan kekasih hatinya. Film ini juga akan tayang
di Netflix pada 11 Juni 2020.

Nah, penggemar Dilan pasti nggak sabar
dengan kelanjutan kisah cinta Dilan dan Milea, dong? Film sekuel yang menceritakan kisah cinta doa tokoh asal Bandung ini juga bakal tayang di Netflix per 13 Juni.

Di Film sebelumnya, Teman Tapi
Menikah, Ditto dan Ayu akhirnya menjalani hubungan percintaan setelah belasan
tahun bersahabat. Pada akhir film, keduanya pun melangsungkan pernikahan.

Film Teman Tapi Menikah 2
melanjutkan kisah pasangan muda Ayu dan Ditto. Ayu tiba-tiba hamil dan kepribadiannya
berubah total. Dari yang awalnya semangat menemani ke manapun menjadi orang
yang mager. Kesabaran mereka berdua diuji
setelah menjalani kehidupan pernikahan.

Dibintangi Adipati Dolken dan
Mawar De Jongh ini bisa kamu nikmati di Netflix pada 28 Juni 2020.

Film bergenre horor pun bakal menemani kamu selama di rumah aja melalui dua seri&nbsp;Jailangkung. Pada seri pertama, Jailangkung 1 menceritakan tentang Bella,
Angel, dan Tasya menuju ke Alamkramat untuk mencari tahu penyebab ayahnya
terbaring koma.

Nah, pada film kedua,&nbsp;Jailangkung 2&nbsp;menceritakan saat
Bella ditemani Rama untuk melawan setan-setan yang pengin mencelakakan keluarganya. Film pertama sudah tayang pada 4 Juni lalu. Sementara,&nbsp;sekuelnya tayang hari ini.

Jadi, film apa yang bakal kamu tonton nih, Millens? (MG31/E03)

Inibaru.id –&nbsp;Pandemi corona mungkin menjadi siksaan terbesar bagi pencinta film Tanah Air. Yap, bioskop tutup, sebagian besar film yang seharusnya tayang tahun ini pun terpaksa ditunda.

Eits, tapi kamu bisa
menggantinya dengan bernostalgia lewat film-film Indonesia yang akan tayang di
Netflix bulan ini. Barangkali salah satu film tersebut belum pernah kamu tonton atau malah pengin nonton ulang, berikut daftar filmnya!

Merasa bosan di rumah aja? Jangan dong!&nbsp;Selama Juni 2020, Netflix akan menayangkan 10 film Indonesia ini!

Juni 2020, Film-Film Indonesia Ini Tayang di Netfilx

“Filsafat
punya kecenderungan mempertanyakan segala sesuatu. Justru peran dan manfaatnya
sangat tinggi. Kita diajak untuk mempertanyakan kembali makna dan tujuan hidup,
yang segala kepastiannya runtuh oleh wabah yang luar biasa ini,” tulisa Syarif
dalam surat elektronik, Senin (4/5).

Dengan
mempelajari filsafat, menurut Syarif, orang akan lebih reflektif dan kritis atas
kehidupan yang terjadi di sekitarnya dan terus bertanya dan mencari. Hal ini
bisa dilihat dari asal kata filsafat yang disusun dari kata "philo" dan "sophia" dari bahasa Yunani, yang artinya adalah mencintai
kebijaksanaan. Dari perasaan cinta atas kebijaksanaan tersebut, orang akan terus
mencari kebijaksanaan sepanjang hidup.

Kehidupan
sekarang ini dianggap terlalu praktis. Segala hal diukur secara ekonomi dan
politik. Padahal, Syarif percaya bahwa manusia memiliki banyak dimensi dalam
kehidupannya. Salah satu cara mencari dan mengetahui dimensi-dimensi kehidupan
tersebut adalah dengan mempelajari filsafat.

Di
tengah kondisi wabah seperti sekarang ini, Syarif mengaku bahwa mempelajari
filsafat adalah hal yang tepat. Banyak orang menghabiskan waktu di rumahnya dan
memiliki banyak waktu untuk melakukan hal-hal, dalam bahasa Syarif, “kurang
penting”, seperti mempelajari filsafat. Filsafat sering kali dilupakan karena nggak ada waktu untuk mempelajarinya karena sudah diisi oleh kegiatan-kegiatan
praktis tadi.

Selain
itu, di tengah kondisi wabah seperti ini, hal-hal praktis menjadi kurang
penting. Apalagi dikarenakan ekonomi sedang lesu. Dalam kondisi seperti ini,
mempelajari filsafat menjadi penting sebab filsafat mengajak seseorang untuk
merefleksikan dan memikirkan ulang soal kehidupan sebelumnya.

“Justru
pandemi ini momen yang tepat karena hal-hal yang praktis, mendadak tidak punya
makna yang terlalu tinggi (karena ekonomi pun sedang lesu). Ini saatnya orang
diajak kembali berpikir yang reflektif dan mendalam,” tulis Syarif.

Kamu
tertarik untuk belajar filsafat, Millens?
(Gregorius Manurung/E05)

Inibaru.id
– Menurut pengakan Syarif Maulana, dosen Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan jumlah para
peserta yang hadir sampai 20 April 2020 menyentuh angka 1.800 peserta. Para peserta
datang dari 29 provinsi di Indonesia dan 9 negara di dunia. Banyak sekali, ya, Millens?

Hal ini membuat saya menyadari bahwa masih banyak
yang ingin mempelajari filsafat. Padahal filsafat sering mendapat stereotip
negatif di masyarakat, seperti ilmu yang mengawang-ngawang dan akan membuat
orang yang mempelajarinya menjadi ateis.

Hal menarik lainnya adalah, ternyata banyak orang
yang berniat untuk mempelajari filsafat di tengah wabah Covid-19 sekarang ini. Kejadian
ini membuat saya bertanya, apa sih pentingnya mempelajari filsafat?

Kegiatan unik selama wabah Covid-19 dijalankan oleh Syarif Maulana dan Al Nino Utama. Mereka menjalankan kelas daring yang membahas ilmu-ilmu filsafat. Kelas itu bernama Kelas Isolasi. Setiap minggunya terdapat beberapa sesi.

Belajar Filfasat di Tengah Wabah Covid-19, Penting?

“Untuk kurasi memang ada dua kriteria. Satu mumpuni,
dan satu memang butuh,” ucap Openk pada Rabu, (13/5).

Openk mengaku bahwa acara ini memang dikhususkan
bagi para seniman penuh waktu yang mendapatkan dampak sangat besar di tengah
wabah Covid-19 ini. Mereka adalah para seniman yang menjadikan kesenian sebagai
sumber penghidupannya. Karena Covid-19 sudah mengganas, banyak acara kesenian
dibatalkan. Hal itu berujung pada nihilnya panggilan kepada para seniman
untuk tampil.

Sementara urusan mumpuni atau nggak, para kurator
melihat dari apakah seniman ini sudah memiliki karya atau belum. Hal ini menurut
mereka yang mendefinisikan seseorang sebagai seniman atau bukan.

“Karena bagi kami, seniman itu memang harus punya
karya,” ucap Vikki pada kesempatan yang sama. Dari sana, para kurator akan
melihat sendiri karya-karya dari para seniman Jawa Tengah dan menilai apakah
mereka mumpuni atau nggak untuk tampil.

Dalam proses mencari seniman, mereka juga menerapkan
dua cara, yaitu menghubungi langsung seniman dan dihubungi melalui contact person mereka. Ketiga kurator
ini memang sudah cukup lama bergiat di dunia kesenian di Semarang dan Jawa
Tengah. Dari sana mereka mengenal dan mengetahui banyak seniman dan kelompok
seni di Jawa Tengah.

Meskipun sasarannya adalah para seniman di Jawa
Tengah, nggak berarti setiap seniman dari 35 kota di Jawa Tengah diajak untuk
tampil. Para kurator mempertimbangkan keselamatan para seniman karena harus
pergi ke luar kota.

“Karena masa pandemi ini kan justru pembatasannya
sangat ketat. Maka dari itu kami ambil yang dari deket dan jalurnya aman,” ucap
Openk.

Kekhawatiran itu sempat muncul ketika salah satu
kelompok seni ketoprak asal Pati
sempat menolak untuk tampil di Panggung Kahanan. Hal ini dikarenakan mereka
menerapkan anjuran physical distancing
juga sedikit takut apabila mereka nggak bisa bepergian lintas kota karena wabah
Covid-19 ini.

Untuk menyiasati itu para kurator menganjurkan agar
kelompok ketoprak tersebut merekam secara mandiri pertunjukan mereka. Rekaman
itu nantinya dikirim dan ditayangkan secara publik.

Kalau kamu seniman penuh waktu yang ingin ikut
tampil di Panggung Kahanan, bisa hubungi kontak yang ada di poster acara yang
diunggah di akun Instagram @ganjar_pranowo. Namun ingat ya, Millens, harus punya karya sendiri. Hehe&nbsp;(Gregorius Manurung/E05)

Inibaru.id
– Kamu pernah melihat pentas seni virtual Panggung Kahanan, Millens? Acara yang disiarkan secara live&nbsp;dan diselenggarakan di
Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah ini menghimpun banyak seniman asal Jawa Tengah
yang menerima beban besar selama wabah Covid-19 ini. Panggung Kahanan berjalan
dalam rangkaian acara sampai tanggal 22 Mei 2020 nanti.

Di balik pentas ini, terdapat peran para kurator yang
mengonsep acara dan mengumpulkan para seniman Jawa Tengah untuk tampil. Mereka
adalah Openk Prabowo dan Aristya Kuver, dua personel grup musik eksperimental
Tridhatu, dan Vikki Rahman, penggiat Wayang Tenda.

Para kurator adalah pelaku di balik layar Panggung Kahanan untuk memilih seniman mana saja yang akan tampil. Mereka menerapkan beberapa syarat untuk para seniman agar bisa tampil di Panggung Kahanan.

Mengintip Proses dan Syarat Kurasi Panggung Kahanan Pemprov Jateng

Isu personal memang cukup terasa pada beberapa lagu di
album penuh ini, seperti dalam lagu “Nyawa”, “Suar Yang Membeku”, dan “To be
Honest, I’m a Liar”. Pada lagu “To be Honest, I’m a Liar”, Olly Oxen menulis “The world is getting colder with the one-lap
race we decided/ And still I embrace
it with a half-side loss inside,” yang membicarakan penerimaan diri dengan
segala kekurangannya.

“Lirik reff
ini tampil sebagai sosok yang linglung, ada di antara, kayak orang bangun
tidur,” tambah Olly Oxen.

Lagu ini juga yang menjadi favorit saya. Selain lirik yang catchy, gaya hip hop yang dicampur sedikit teriakan-teriakan ala rock cukup menyegarkan. Keren pokoknya. Saya sama sekali nggak keberatan jika harus mendengarnya berulang-ulang.

Eits, bukan berarti lagu lainnya nggak oke ya. Menurut saya lagu-lagu di album ini mudah dimengerti karena lebih dari setengahnya menggunakan bahasa Indonesia. Dari total 9 lagu, terdapat 5 lagu yang
ditulis dalam bahasa Indonesia, yaitu “Jauhari”, “Nyawa”, “Suar Yang Membeku”,
“Mahiwal o’ Ndes”, dan “Pemangku”. Waktu yang kamu butuhkan untuk mendengarkan full album ini sekitar 35 menit, Millens.

Menurut Olly Oxen, mereka memang ingin memiliki lagu
berbahasa Indonesia sejak kali pertama terbentuk. Namun, mereka belum menemukan
formula yang tepat. Mereka sempat membuat lagu dengan lirik berbahasa Indonesia
di EP Bad Mantra (2017), tetapi dirasa
masih kurang.

Dalam penggarapan album Mahiwal o’ Ndes, mereka terlebih dahulu menulis empat lagu
berbahasa Inggris. Lagu kelima barulah mereka menulis lagu berbahasa Indonesia
yang bisa diterima oleh seluruh personel Olly Oxen.

“Dapet formula bahasa Indonesia di lagu kelima, yaitu 'Pemangku'. Itu lagu pertama bahasa Indonesia yang kami setujui. Setelah itu
ya sudah dapat formulanya, lanjut saja sekalian sampai akhir,” tulis Olly Oxen.

Kalau kamu suka musik rock, album ini pasti cukup
menarik untuk disimak, Millens. Album
ini bisa kamu dengarkan di Spotify atau beli kaset pitanya di toko musik
kesayanganmu. (Gregorius Manurung/E05)

Inibaru.id
&nbsp;- “Here
comes the wisdom,” membuka lagu “Self-Preaching (When Nobody Else Thinking
the Way Up)” milik unit rock asal Semarang, Olly Oxen. Lagu yang ada di EP (Mini Album) Bad Mantra (2017) itu membawa wacana framming media yang bukannya menyebarkan
informasi penting, malah menyesatkan dan menyebarkan kebencian. “They spread more mantra in the camera,
kurawa agenda/ Looking for direction
but so many hate confession,” lanjut mereka.

Buat kamu yang belum tahu, isu dan kritik sosial memang sering muncul dalam
lagu-lagu Olly Oxen. Pada album penuh pertamanya, Mahiwal o’ Ndes, yang dirilis pada Maret 2020 ini isu-isu sosial
masih muncul, seperti pada nomor “Pemangku” dan “To be Honset I’m a Liar”.

Ngakunya sih mereka nggak pandai bikin lagu cinta dan menganggap kondisi sosial lebih asyik dijadikan bahasan lagu. Meski begitu, sesekali mereka juga mengangkat kehidupan pribadi sebagai tema. "Di
album Mahiwal ‘o Ndes juga ada
beberapa lagu membahas realita personal kita sendiri,” tulis Olly Oxen dalam
pesan singkat, Senin (28/4).

Sudah empat tahun berkarya, band rock asal Semarang, Olly Oxen, akhirnya merilis album penuh pertama mereka. Penasaran?

Mendengar Album Penuh Pertama Olly Oxen

Direktur Operasional Patjar Merah Irwan Bajang mengatakan, industri perbukuan kian lesu selama pandemi. Bisnis tersebut, lanjutnya, kemungkinan menjadi sepi karena pembatasan orang untuk
keluar rumah.

Via pesan singkat, lelaki yang biasa disapa Bajang kemudian bercerita, beberapa hari sebelum virus corona resmi menjadi ancaman serius di Indonesia, Patjar Merah sejatinya sudah berencana menggelar
acara di Solo. Bahkan, pihaknya&nbsp;telah mem-booking tempat yang akan digunakan.

“Beberapa hari kemudian ada yang positif di Solo. Langsung kami batalkan dan putar otak untuk menyiasatinya,” ungkapnya, Sabtu (2/5/2020).

Dampak pandemi juga dirasakan festival sastra milik penerbit Mizan, Out Of Thee Boox. Meski tetap beroperasi via virtual laiknya Patjar Merah, Project Manager Out Of The Boox harus mengakui, perubahan yang terjadi sungguh nggak terduga.

Kendati saat ini pihaknya telah mencoba menyiasatinya dengan festival virtual, hal tersebut tetap nggak bisa dibandingkan dengan pergelaran festival pada hari-hari biasa.

“Kalau virtual, orang nggak bisa menyentuh buku secara langsung atau jalan-jalan di antara buku-buku. Serba terbatas!" terangnya.

Persoalan lain dihadapi festival literasi “Ketemu Buku”. Berbeda dengan Patjar Merah yang berkonsep festival, Ketemu Buku murni pameran buku, nggak dimiliki seseorang atau sekelompok&nbsp;pemilik buku online. 

Hinu Os, Penanggung Jawab Ketemu Buku, mengatakan, karena nggak boleh ada pemusatan massa selama pandemi, Ketemu Buku pun terpaksa berhenti sepenuhnya.

Dampak pandemi dirasakan hampir di seluruh lini, termasuk di dunia literasi. Beberapa dari mereka banting setir beralih ke daring. Masalahnya, jadwal offline yang telah disusun gimana?