Inibaru.id – Salah satu tradisi unik di Indonesia untuk menyambut bulan Ramadan adalah padusan. Tradisi ini cukup populer di kalangan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tapi, gara-gara pandemi Covid-19, tradisi padusan sebelum Ramadan seperti meredup.
Pemerintah Kabupaten Boyolali bahkan secara terang-terangan meniadakan tradisi ini. Padahal, sehari sebelum bulan puasa, tempat pemandian layanya Umbul Tirtomarto, Umbul Tlatar, Umbul Sungsang, hingga pemandian yang ada di Kecamatan Simo biasanya dibanjiri masyarakat.
“Kami tidak menggelar upacara ritual padusan tahun ini karena aturan PPKM Mikro yang masih berlangssung,” ucap Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Boyolali Susilo Hartono, Jumat (9/4/2021).
Meski begitu, tempat wisata masih diperbolehkan buka dengan catatan pengunjung harus dibatasi maksimum 50 persen saja. Mereka juga diminta menerapkan protokol kesehatan yang lengkap.
Hal yang sedikit berbeda diterapkan salah satu lokasi padusan paling terkenal di Kabupaten Temanggung, Pikatan Water Park. Jika biasanya ada belasan ribu orang yang datang ke lokasi ini untuk melakukan tradisi ini sebelum Ramadan, kali ini hanya ada 450 orang yang boleh mandi dalam satu kali tahap. Bahkan, waktu untuk mandi dibatasi hanya dua jam.
Pada hari ini, Senin (12/4), hanya tersedia tiga tahap bagi warga untuk mandi, yakni dari pukul 07.00 WIB, 10.00 WIB, serta 13.00 WIB. Warga yang datang juga diminta untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Filosofi Padusan
Padusan bisa diartikan sebagai ritual untuk menyucikan diri, baik itu jiwa dan raga untuk menyambut bulan puasa. Meski padusan bisa diartikan sebagai mandi, yang dimaksud di tradisi ini bukanlah mandi sebagaimana yang dilakukan di rumah, melainkan di tempat-tempat pemandian umum.
Konon, tradisi ini sudah ada sejak zaman pemerintahan Hamengkubuwono I. Dulu, padusan dilakukan di sumber mata air atau setidaknya di kolam air di masjid terdekat. Laki-laki dan perempuan melakukannya di tempat yang terpisah.
Meski begitu, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pergeseran lokasi padusan menjadi ke tempat pemandian umum atau di lokasi-lokasi wahana air yang terkenal. Hal ini membuat laki-laki dan perempuan kini banyak melakukannya di tempat yang sama.
Menurut pengelola Takmir Masjid Kauman Yogyakarta Waslan Aslam, sebenarnya padusan juga bisa dilakukan di rumah masing-masing atau bahkan di kolam renang. Hal ini disebabkan oleh filosofinya untuk menyucikan diri sebelum Ramadan. Jadi, wajar kalau di hari ini, kolam-kolam renang dipenuhi oleh banyak orang.
Kalau kamu, apakah masih melakukan tradisi padusan sebelum Ramadan, Millens? (Lip,Oke/IB09/E05)