Inibaru.id - Ujian berat yang mungkin nggak pernah terbayangkan oleh umat muslim di Tanah Air adalah larangan tradisi mudik pada Hari Raya Idulfitri ini. Memang berat, tapi demi mencegah meluasnya wabah Covid-19 ke desa, rutinitas tahunan ini memang harus ditiadakan.
Yap, nggak hanya unsur keagamaan, mudik juga melibatkan banyak hal, mulai dari tradisi, budaya, hingga roda ekonomi masyarakat. Keputusan pemerintah melarang mudik pada Lebaran 2020 ini adalah langkah yang sulit, tapi harus diambil.
Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang yang biasanya penuh sesak dengan penumpang pesawat, kini tampak sunyi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Pendapatan industri maskapai nasional juga berpotensi anjlok hingga 90 persen karena nggak ada penumpang yang diangkut.
Namun, tidak semua penumpang dilarang naik pesawat. Pemerintah memberi pengecualian pada sejumlah kalangan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Kondisi memprihatinkan juga dialami angkutan darat seperti bus yang okupansi penumpangnya turun drastis di bawah 10 persen. Para sopir bus dan awaknya nggak berkutik menghadapi situasi sulit ini. Pasrah!
Tol Trans Jawa yang biasanya diandalkan pemudik untuk kembali ke kampung halaman juga nggak seramai biasanya. Meski pemerintah nggak akan menutup jalan tol pada mudik tahun ini, larangan mudik tetap membuat jalur bebas hambatan tersebut lengang.
Transportasi darat lain yang nggak luput dari dampak wabah ini adalah kereta api. Siapa pun paham, tiap tahun KA menjadi moda darat langganan pemudik. Sayang, tahun ini perjalanan via KA resmi ditiadakan. KA Luar Biasa (KLB) yang masih beroperasi, yang juga nggak diperuntukkan bagi pemudik.
Tak seorangpun menginginkan situasi ini. Momen Lebaran yang biasanya disambut gembira justru kini sebaliknya. Sulit untuk dipercaya, bahkan seperti sedang bermimpi dan tentunya kita semua pengin segera bangun dari mimpi buruk ini. (Triawanda Tirta Aditya/E03)