Inibaru.id – Tiga orang bukanlah jumlah yang banyak untuk sebuah misi kemanusiaan. Namun, tiga pemuda orang yang tergabung dalam Diponegoro-Disaster Assistance Response Team (D-DART) ini membuktikan, banyak hal tetap bisa dicapai kendati hanya dilakukan segelintir orang.
Masker nanofilter, begitulah para tim peneliti dari Universitas Diponegoro Semarang tersebut menyebut produk yang mereka ciptakan. Keresahan mendalam atas banyaknya tenaga medis yang meregang nyawa selama memerangi virus corona-lah yang membuat mereka berupaya.
Solusi apa yang tepat dan bisa dibuat dalam waktu yang singkat? Maka, terciptalah masker yang berdasarkan hasil pengujian dipercaya mampu menangkal masuknya bakteri, termasuk virus Covid-19, selama 10 jam.
Memanfaatkan Laboratorium Terpadu Undip yang hanya berukuran sekitar 20 meter persegi, ketiga peneliti ini berpacu dengan waktu; serta bahan-bahan pembuatan filter dan masker yang kian langka di pasaran. Target mereka: 500 masker nanofilter per hari.
Nanofilter pada masker buatan D-DART menggunakan empat bahan dasar, yakni karbon aktif, silver nitrate, chitosan, dan poly vinyl alcohol (PVA). Proses pengelohan diawali dengan mencampur karbon aktif dan PVA ke Overhead Stirrer. Lalu, dua bahan lain baru dimasukkan setelahnya.
Dibutuhkan waktu sekitar 3-5 jam di dalam Overhead Stirrer hingga keempat bahan menyatu dan merata. Hasil olahan tersebut mereka sebut Liquid Nanofilter.
Setelah itu, kain kapas yang berfungsi sebagai filter pada masker direndam ke dalam Liquid Nanofilter. Jika sudah terendam sempurna, kain kemudian diperas dan dikeringkan menggunakan dryer selama setengah jam. Selepas itu, kain dipotong sesuai ukuran masker.
Kain yang telah mengandung nanofilter ini kemudian dimasukkan ke dalam masker. Masker nanofilter itu kemudian dikemas dan didonasikan ke berbagai rumah sakit yang ada di Jawa Tengah sebagai APD untuk tenaga medis.
Ya, di tengah pandemi yang belum tahu kapan bakal berakhir ini, masker nanofliter dari D-DART tentu bakal cukup membantu. (Triawanda Tirta Aditya/E03)